"Tragedi itu terjadi karena ada ketidaktaatan atau ketidakpatuhan bahkan ketidakjelasan SOP (standard operating procedures/prosedur operasi standar) penyelenggaraan acara olahraga baik Peraturan Menpora maupun peraturan asosiasi olahraga termasuk Pertina (Persatuan Tinju Amatir Indonesia). Sehingga Menpora lalai dalam mengontrol termasuk kelayakan sarana prasarana olahraga," ujar Ketua Sub Komisi Pemantauan dan Penyelidikan Pelanggaran HAM Komnas HAM Natalius Pigai melalui pesan singkat, Selasa (23/7/2013).
Dia mengutarakan, pihaknya berkesimpulan Menpora bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan olahraga di seluruh Indonesia termasuk keselamatan suporter. Namun, saat ditanya bagaimana seharusnya bentuk pertanggungjawaban Menpora, dia tidak menjawab.
Natalius mengatakan, dari penyelidikan yang dilakukan Tim Komas HAM langsung di Nabire, Gelanggang Olahraga (GOR) Kota Lama Nabire yang digunakan sebagai tempat bertanding sangat tidak layak untuk penyelenggaraan acara olahraga apa pun. Menurutnya, GOR tersebut dalam kondisi yang rusak dan memprihatinkan.
"Menpora tidak mampu menjaga keselamatan publik sebagaimana menjaga keselamatan altet," kata Natalius.
Sementara itu, kecelakaan murni yang dimaksudnya adalah, penonton berdesak-desakan saat akan ke luar gedung. Pasalnya, kata dia, hanya ada satu pintu ke luar saja.
"Sehingga penonton berjatuhan dan saling menindih sehingga sesak nafas," jelasnya.
Komnas HAM, kata Natalius, belum menemukan fakta dan bukti yang mengindikasikan tragedi itu dilakukan secara sengaja dan adanya pembiaran oleh pihak-pihak tertentu. Ia memastikan, keluarga korban telah menerima peristiwa itu sebagai sebuah musibah.
"Indikatornya tidak ada reaksi atau protes dari keluarga korban baik saat kejadian ataupun saat upacara penguburan yang berlangsung damai dan tenang," lanjut Natalius.
Kesimpulan-kesimpulan tersebut diambil setelah pemantauan dan penyelidikan yang dilakukan Komnas HAM selama tiga hari. Penyelidikan itu, kata Natalius, dilakukan dengan mencari data dan fakta di antaranya pertemuan dengan bupati dan jajaran Pemerintah Daerah Nabire, jajaran Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Pertina, panitia penyelenggara, kepolisian di Nabire, Komandan Distrik Militer (Dandim) 753 Nabire, pihak korban, masyarakat, penonton, dan wakil rakyat.
Insiden itu berawal dari final kejuaraan tinju amatir Bupati Cup antara Alvius Rumkorem dari Sasana Persada melawan Yulianus Pigome dari Sasana Mawa, Minggu. Alvius menang angka dalam pertandingan yang berlangsung di GOR Kota Lama Nabire itu. Kemenangan Alvius menuai protes. Para suporter kemudian saling ejek dan lempar kursi. Sekitar 1.000 penonton yang menjejali lokasi pun berebut untuk berusaha keluar. Sebanyak 18 orang tewas akibat peristiwa itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.