Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY: Sebagian dari Kita...(Berpandangan) Presiden Bisa Berbuat Apa Saja

Kompas.com - 16/07/2013, 20:42 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai sebagian masyarakat memiliki paradigma yang keliru terhadap Presiden dan pemerintahan. Mereka, menurut Presiden, memiliki paradigma bahwa presiden dan pemerintahan bertindak seperti Orde Baru.

Hal itu dikatakan Presiden saat acara silaturahim dan buka puasa bersama pihak media massa di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/7/2013). Acara dihadiri para pemimpin redaksi, pimpinan organisasi kewartawanan, wartawan senior, dan wartawan kepresidenan.

Penilaian Presiden itu muncul setelah membaca pesan singkat, pesan di Twitter dan Facebook. Sejak 2005, Presiden mengaku sudah menerima jutaan pesan singkat dari rakyat.

"SMS-SMS yang masuk ke saya, Pak SBY, Anda harus begini, Anda harus begitu. Saya melihat sebagian dari kita, mindset-nya masih paradigma seorang presiden dan pemerintahan yang memimpin di era otoritarian, bukan di era demokrasi. Menggambarkan presiden bisa berbuat apa saja, menggambarkan kekuasaan negara begitu besarnya, dan kemudian mengabaikan kaidah-kaidah demokrasi dan tata pemerintahan hasil reformasi," kata Presiden.

Kepala Negara mengatakan, rakyat harus memilih bagaimana peran negara dan pemerintahan. Apakah rakyat ingin negara dan pemerintah berperan seperti polisi yang menindak tegas, membuat aturan ketat, melarang berbagai hal agar semua tertib?

"Atau oh tidak, tidak boleh negara dan pemerintah melakukan seperti itu. Tidakkah kehidupan bangsa harus berjalan seperti yang diharapkan, natural, menjalankan nilai-nilai dan budaya yang baik, hingga menjadi the good society. Kalau begitu jawabannya bukan meminta negara selalu menangani, menyelesaikan apa pun dengan cara-cara memandulkan peran kesadaran dan tanggung jawab masyarakat," kata Presiden.

Presiden menginginkan adanya penegakan hukum yang efektif. Untuk itu, perlu institusi penegak hukum yang kuat. Jika institusi penegak hukum seperti kepolisian melakukan penindakan yang tegas, Presiden berharap jangan langsung dikritik.

"Jangan buru-buru dianggap sebagai tindakan represif, apalagi dianggap melanggar HAM. Kita harus memilih, kembali ke otoritarian semuanya dikontrol atau era kekebasan. Mari kita berpikir jernih," pungkas Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Nasional
KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Nasional
Mempermainkan Hukum sebagai Senjata Politik

Mempermainkan Hukum sebagai Senjata Politik

Nasional
KPK Duga Korupsi Bansos Presiden Rugikan Negara Lebih dari Rp 50 Miliar

KPK Duga Korupsi Bansos Presiden Rugikan Negara Lebih dari Rp 50 Miliar

Nasional
Jadi Tersangka Korupsi, Eks Sestama Basarnas Mundur dari Kepala Baguna PDI-P

Jadi Tersangka Korupsi, Eks Sestama Basarnas Mundur dari Kepala Baguna PDI-P

Nasional
KY Prioritaskan Laporan KPK terhadap Majelis Hakim yang Bebaskan Gazalba Saleh

KY Prioritaskan Laporan KPK terhadap Majelis Hakim yang Bebaskan Gazalba Saleh

Nasional
PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

Nasional
Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Nasional
KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

Nasional
PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

Nasional
KPK Duga Pengadaan Lahan di Rorotan oleh Perumda Sarana Jaya Rugikan Negara Rp 200 Miliar

KPK Duga Pengadaan Lahan di Rorotan oleh Perumda Sarana Jaya Rugikan Negara Rp 200 Miliar

Nasional
Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Budi Said, Kejagung Periksa 3 Pegawai Pajak

Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Budi Said, Kejagung Periksa 3 Pegawai Pajak

Nasional
Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi 'Online' Bisa Dipidana

Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi "Online" Bisa Dipidana

Nasional
Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com