JAKARTA, KOMPAS.com — "Saya tidak alergi dengan pemberitaan meski kurang enak." Begitulah pernyataan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal (TNI) Moeldoko saat acara silaturahim jajaran TNI AD dengan pimpinan redaksi media massa di Mabes TNI AD di Jakarta, Selasa (4/6/2013).
Silaturahim ini kali pertama setelah Moeldoko resmi menggantikan Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo. Kebetulan, silaturahim itu di tengah sorotan media massa terhadap rentetan penyimpangan para prajurit TNI AD.
Sebelumnya, sekelompok prajurit TNI AD membakar Polres Ogan Komering Ulu di Sumatera Selatan. Tak lama setelah itu, para prajurit TNI AD diduga membunuh empat tahanan di Lapas Cebongan di DI Yogyakarta dan menganiaya staf PDI-P di Kantor DPP PDI-P, di Jakarta. Baru-baru ini, enam anggota TNI AD dari Batalyon Infateri 400 /Raider Kodam IV Diponegoro diduga membunuh seorang warga sipil di Semarang, Jawa Tengah.
Moeldoko menganggap pemberitaan yang menyoroti berbagai penyimpangan anggota TNI bisa menjadi bahan koreksi internal. Ia mengakui masih ada masalah dalam proses reformasi di TNI AD, khususnya dalam bidang kultur. Hal itu terlihat dari masih adanya prajurit arogan.
Hanya saja, ke depan ia berharap pemberitaan bisa proporsional agar prajurit tidak skeptis.
"Kalau selalu dalam posisi tidak enak (prajurit) akan skeptis. Padahal, kita harus terus membangun sikap optimistis," kata Moeldoko.
Ketua Forum Pemimpin Redaksi Wahyu Muryadi menggarisbawahi sikap Moeldoko yang tidak alergi terhadap kritik. Janji itu, menurut dia, sangat penting bagi media massa.
Wahyu menambahkan, media massa hanya membutuhkan informasi. Apa yang disampaikan pejabat TNI, kata dia, bukan untuk kepentingan orang-orang di media, melainkan untuk publik.
"Kita harus membuka diri," ucapnya.
Di tempat yang sama, Pangdam IV Diponegoro Mayjen Sunindyo enggan berkomentar banyak terkait pembunuhan Rido Hehanusa (33) di Semarang yang diduga dilakukan oleh enam orang anggota TNI AD dari Batalyon Infateri 400 /Raider Kodam IV Diponegoro. Sunindyo mengaku belum mendapat informasi perkembangan penyelidikan lantaran seminggu berada di Jakarta.
Daripada memberitakan kasus pembunuhan tersebut, Sunindyo menyarankan media lebih baik memberitakan kegiatan positif jajarannya. Salah satunya, kegiatan bersih-bersih sungai yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.