Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duka TKI Bermasalah yang Dipulangkan

Kompas.com - 30/05/2013, 18:25 WIB
Roderick Adrian Mozes

Penulis

 

TANGERANG, KOMPAS.COM - Hiruk-pikuk di ruang tunggu tenaga kerja Indonesia di terminal kedatangan 2D Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, tidak mampu menutup kesedihan Wariah (45). Sesekali dia mengusap air matanya.

Wariah adalah satu dari 16 TKI bermasalah yang dipulangkan dari Malaysia. Matanya yang terkena katarak menyebabkan dia tidak maksimal melihat dan menghambat profesinya sebagai TKI di Malaysia. Dia pun akhirnya dipulangkan.

"Majikan saya tidak mau membiayai pengobatan saya. Sehingga sakit saya semakin parah. Kalo upah bulanan selalu dibayar, tapi ya habis juga karena dikirim ke kampung," kata wanita asal Cirebon ini, Kamis (30/5/2013).

Setelah didata, Wariah pun dituntun petugas untuk masuk ke dalam mobil ambulans. Rencananya dia akan dibawa ke Rumah Sakit Polri sebelum dipulangkan ke kampung halaman. Di dalam mobil ambulans air mata Wariah tetap mengalir, sesekali rekannya sesama TKI berusaha menenangkan wanita yang kedua anaknya juga menjadi TKI.

"Anak saya dua, dan baru-baru ini juga berangkat menjadi TKI. Saya rencananya di kampung mau buka usaha kecil-kecilan untuk menyambung hidup," suaranya lirih.

Selain Wariah, terdapat 7 TKI yang terindikasi sebagai korban tindak pidana perdagangan orang. Salah satunya Yesti Saudale (21) asal Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dia bersama enam rekan dijanjikan pekerjaan, namun janji tak kunjung didapat. Setelah berhasil kabur dan melapor ke kepolisian setempat di Malaysia, dia dan rekannya dipulangkan ke Indonesia.

"Saya hanya punya ijazah SMA, lalu dijanjikan pekerjaan di salon. Tapi ternyata dibohongi. Kurang lebih saya ada 1 minggu di sana. Ini nanti saya mau pulang aja ke Kupang", kata Yesti.

Sukacita

Kedatangan 16 TKI bermasalah juga berbarengan dengan kedatangan puluhan TKI dari Timur Tengah. Seketika ruang tunggu TKI semakin padat. Kepadatan juga terlihat di Bank Mandiri yang melayani penukaran mata uang asing di area tunggu tersebut. Lima pegawai Mandiri tampak sibuk melayani TKI yang kebanyakan membawa mata uang Real, Dollar, dan Ringgit.

Para TKI pun tampak antusias menukarkan mata uang asing hasil jerih payahnya bekerja di negeri orang. Tidak sedikit yang pulang dengan membawa segepok lembaran uang ratusan ribu rupiah.

"Kalau lagi ramai seperti sekarang, nilai transaksi bisa mencapai Rp 200 hingga 300 juta. Kalau hari biasa dan gak ramai minimal kami melayani 60 orang TKI dan nilai transaksi bisa mencapai Rp 100 juta," kata salah seorang pegawai Bank Mandiri.

Setelah urusan menukarkan uang selesai, para TKI kemudian menunggu bus yang akan membawa mereka ke terminal sebelum kemudian menuju kampung halaman masing-masing. Puluhan tas besar terlihat menumpuk di ruang tunggu.

Bus datang, satu persatu TKI masuk. Kursi bus yang terbatas membuat beberapa TKI duduk di tengah. Mereka pun tampak asyik berbincang dengan sesama TKI sambil menunggu petugas memasukkan tas-tas mereka.

"Saya kerja jadi TKI di Madinah, kebetulan saya dapat majikan yang baik di sana. Sekarang diizinkan pulang ke Indonesia untuk merayakan Lebaran di kampung halaman," kata Siti Aisah, 42 tahun.

Dia mengaku menerima gaji 1.200 real per bulan. Selama kurang lebih empat tahun dia bekerja bersama majikan yang sama. Wanita bercucu satu ini berencana akan kembali ke Madinah pada 21 Agustus.

Masih menggiurkan

Menjadi TKI masih menjadi pilihan menggiurkan bagi banyak warga yang kesulitan mendapatkan kerja di tanah air. Iming-iming gaji besar di negeri orang menjadi faktor utama mereka mau mendaftarkan diri menjadi TKI.

Akan tetapi permasalahan masih kerap dialami TKI. Mulai dari pemerkosaan, penyiksaan, gaji yang tidak dibayar, masuk secara ilegal hingga menjadi korban perdagangan orang.

Pada 2012 Jumlah TKI bermasalah yang tercatat di Balai Pelayanan Kepulangan Tenaga Kerja Indonesia (BPK TKI) BPK TKI Selapajang di dominasi TKI dengan negara Tujuan Arab Saudi yang jumlahnya mencapai 8.940 orang, disusul Uni Emirat Arab 5.545 orang, Qatar 4.061 orang Taiwan 3.231 orang dan Singapura sebanyak 2.380 orang. RAM

Foto lengkap lihat: Suka duka tenaga kerja Indonesia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Nasional
Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Nasional
Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Nasional
Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Nasional
Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Nasional
Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com