Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaksa KPK Panggil Paksa Orang Dekat Luthfi Hasan

Kompas.com - 29/05/2013, 13:29 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tim jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan memanggil paksa orang dekat mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq, yakni Ahmad Zaky dan Achmad Rozi, untuk bersaksi dalam persidangan kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi dengan terdakwa Direktur PT Indoguna Utama Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi. Keduanya dipanggil paksa karena beberapa kali mangkir dari panggilan persidangan.

"Sebenarnya kami harus mengajukan, terutama Ahmad Zaky dan Achmad  Rozi ini sudah beberapa kali dipanggil tidak pernah hadir dan berjanji hadir, tetapi nyatanya tidak hadir. Kami akan melakukan upaya paksa," kata jaksa KPK M Rum di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Rabu (29/5/2013).

Sedianya, Zaky dan Rozi diperiksa sebagai saksi untuk terdakwa Juard dan Arya dalam persidangan hari ini. Namun, hingga pukul 12.00, keduanya tidak hadir tanpa keterangan. Selain Zaky dan Rozi, tim jaksa KPK memanggil Ridwan Hakim, anak Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Hilmi Aminuddin, dan Sekretaris Jenderal PKS M Taufik Ridho. Namun, keduanya juga tidak memenuhi panggilan persidangan.

"Ini sebenarnya masih ada empat saksi, antara lain, Ahmad Zaky, Rozi, Ridwan Hakim, dan Muhammad Taufik Ridho. Semuanya dari organisasi yang sama, tetapi sampai sekarang belum ada pemberitahuan juga apakah hadir atau tidak. Tidak ada laporannya sampai siang ini," ungkap jaksa M Rum.

Selain berencana memeriksa empat saksi yang mangkir tersebut, tim jaksa KPK mengagendakan konfrontasi atau mencocokkan keterangan secara langsung antara Direktur Utama PT Indoguna Utama Maria Elizabeth Liman dengan Komisaris PT Radina Bioadicipta Elda Devianne Adiningrat. Keterangan kedua orang ini dianggap perlu dikonfrontasi karena ada yang saling bertolak belakang.

Namun, lagi-lagi pemeriksaan saksi ini batal dilakukan lantaran Elda mengaku sakit.

"Elda memberikan keterangan sakit di Pondok Indah sehingga konfrontir itu belum bisa dilaksanakan," ujar jaksa M Rum kepada majelis hakim.

Sidang dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi ahli dan saksi meringankan yang diajukan tim pengacara Juard dan Arya. Hingga berita ini diturunkan, persidangan masih berlangsung dengan agenda pemeriksaan Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring sebagai saksi meringankan.

Dalam kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi, Arya dan Juard didakwa memberikan hadiah atau janji berupa uang Rp 1,3 miliar kepada Luthfi melalui Ahmad Fathanah. Menurut surat dakwaan, uang Rp 1,3 miliar tersebut diberikan agar Luthfi menggunakan kedudukannya sebagai Presiden PKS untuk memengaruhi pejabat Kementerian Pertanian (Kementan) agar memberikan rekomendasi penambahan kuota impor daging sapi tahun 2013 untuk PT Indoguna Utama dan perusahaan lain yang masih tergabung dalam grup PT Indoguna. Posisi Luthfi sebagai Presiden PKS dianggap mampu memengaruhi Menteri Pertanian Suswono yang berasal dari partai yang sama.

Adapun Ahmad Zaky dan Achmad Rozi diduga cukup berperan dalam kasus ini. Ada rekaman pembicaraan antara Luthfi dan Rozi yang diputar jaksa KPK beberapa waktu lalu. Menurut rekaman tersebut, Luthfi memerintahkan Elda melalui Rozi untuk menyiapkan data terbaru kebutuhan daging sapi agar Mentan mengeluarkan izin baru. Sementara Zaky pernah disebut meminta fee Rp 2.000 per kilogram terkait kepengurusan kuota impor daging sapi.

Ikuti berita terkait dalam topik:
Skandal Suap Impor Daging Sapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com