Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tifatul: PKS Tak Boleh Merasa Gagah

Kompas.com - 22/05/2013, 13:28 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring mengingatkan para pengurus dan kader partainya untuk tidak merasa gagah pasca-mencuatnya kasus yang menjerat mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Luthfi menjadi tersangka kasus dugaan suap dan pencucian uang terkait kuota impor daging sapi.

Ia mengatakan, perlu dilakukan survei untuk melihat sejauh mana dampak terhadap partai dengan munculnya kasus ini.

"Kami tidak boleh memandang satu asumsi bahwa kami merasa masih gagah. Kami akan tetap lakukan survei bagaimana efeknya di masyarakat kasus Pak Luthfi ini dan apa saja masalahnya. Nanti kami akan lihat skala kerusakannya seperti apa," ujar Tifatul, di Kompleks Parlemen, Rabu (22/5/2013).

Mantan Presiden PKS itu menegaskan, komunikasi yang berlangsung di internal partainya sudah cukup lancar. Para kader pun, kata Tifatul, masih solid, tak goyah akan kasus Luthfi Hasan Ishaaq.

"Tapi kan ada pertanyaan ada yang lain-lain seperti swing voter, masyarakat umum yang terima info sekilas, maka perlu evaluasi," ujarnya.

Tifatul mengungkapkan, partainya tidak panik menghadapi perkara hukum yang membelit Luthfi. Meski demikian, kata dia, tetap dibutuhkan survei untuk mendeteksi kerusakan yang timbul akibat kasus ini, terutama soal pencitraan PKS.

"Ini kan pemicunya orang luar yang bukan dari PKS, yang bernama Ahmad Fathanah. Biangnya kan memang dari sini, yang kebetulan menerpa Pak Luthfi. Jadi, tidak ada kepanikan yang dibayangkan. Persoalan-persoalan ini ini bukan kiamat," kata Tifatul.

Seperti diberitakan, mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap impor daging sapi. Tidak hanya Luthfi, Ahmad Fathanah yang merupakan orang dekat Luthfi, juga ditetapkan sebagai tersangka. Dari keterangan Fathanah inilah sejumlah petinggi PKS mulai diseret-seret namanya. Namun, para petinggi PKS membantah mengenal Fathanah, termasuk Presiden PKS Anis Matta, yang sempat diperiksa sebagai saksi bagi Fathanah.

Baca juga:
Dari Kontrakan Rp 600.000, Darin Pindah ke Rumah Rp 6 Jutaan Per BulanRumah Darin Sudah Kosong Lebih dari Dua BulanSatpam: Pak Luthfi Panggil Darin 'Mamah'
KPK Bisa Panggil Paksa Darin Mumtazah
Ibu Darin Bantah Anaknya Punya Hubungan Khusus dengan Luthfi Hasan

Ditanya soal Darin Mumtazah, Luthfi Hanya Melirik
Terkait Kasus Luthfi Hasan, Siswi SMK Ini Belum Penuhi Panggilan KPK

Ikuti berita terkait dalam topik:
Skandal Suap Impor Daging Sapi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

    Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

    Nasional
    Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

    Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

    Nasional
    Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

    Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

    Nasional
    Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

    Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

    Nasional
    Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

    Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

    Nasional
    Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

    Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

    Nasional
    Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

    Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

    Nasional
    'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

    "Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

    Nasional
    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Nasional
    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Nasional
    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Nasional
    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Nasional
    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Nasional
    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

    Nasional
    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com