Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK: Teknologi Mutlak Dikuasai Untuk Pertahanan

Kompas.com - 12/05/2013, 18:47 WIB
Amir Sodikin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah perubahan zaman yang pesat, sudah seharusnya Indonesia memikirkan pertahanan dari serangan teknologi, ideologi, penguasaan ekonomi, dan politik. Walau demikian, bukan berarti mengabaikan pentingnya persenjataan militer, karena perekonomian bisa maju jika negra berwibawa.

"Kalau beli tank Leopard, negara mana yang akan kita serang? Juga, negara lain mana yang akan menyerang kita? Sekarang ini seharusnya fokusnya lebih ke penguasaan teknologi, ideologi, ekonomi, dan politik dari dalam," kata mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, ketika menjadi pembicara utama dalam seminar Musyawarah Nasional I. Acara itu digelar Think anda Act for National Defense (Tandef) dan Ikatan SMU Taruna Nusantara dengan tema "Mewujudkan Masyarakat Sadar Pertahanan" di Gedung Perintis Kemerdekaan, Jakarta, Minggu (12/5/2013).

Hadir dalam diskusi tersebut selain Jusuf Kalla adalah mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri, pengamat pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie, dan pengamat politik dan militer Kusnanto Anggoro, dengan moderator pakar komunikasi Effendi Gazali.

Menurut Jusuf Kalla, seharusnya kita sudah fokus untuk memikirkan pertahanan di bidang ideologi, ekonomi, dan politik dengan basis penguasaan teknologi. "Perang tak lagi perlu kekuatan besar. Zaman dulu tentara tewas 10.000 itu biasa, sekarang satu orang tewas bisa menjadi isu besar," kata Kalla.

Begitu mahal nyawa saat ini karena manusia adalah pengendali teknologinya. Namun, hingga saat ini, Indonesia belum masuk ke arah itu karena masih terseok-seok dengan pertahanan konvensional.

"Apa yang dibutuhkan dewasa ini adalah penguasaan teknologi, politik, diplomasi, dan ideologi," kata Kalla.

Amerika Serikat (AS) bisa saja menyerang negara mana saja, namun terbukti perang ideologi bisa membuat kalang kabut AS. Tak ada yang bisa mendefinisikan kapan ideologi itu akan menyerang, sehingga Bom Bostin pun pecah tanpa antisipasi.

Jepang membuktikan, dia bisa menguasai negara lain dengan kekuatan ekonomi atau teknologi. Ekonomi memang memegang peranan penting untuk bisa hidup tegak berwibawa, sejajar dengan bangsa lain dan sejahtera. "Sekarang uang kita habis untuk beli bensin, sehingga bagaimana kita bisa mewujudkan kesejahteraan?" kata Kalla.

Pertahanan itu juga terkait kemauan kita dalam penguasaan teknologi, termasuk kemauan kita untuk tidak korupsi. Namun, bukan berarti Kalla mengabaikan pertahanan militer. "Ekonomi bisa kuat kalau negara berwibawa. Kalau negara tak memiliki persenjataan kuat, bagaimana kita bisa menghalau pencuri ikan di lautan? TNI harus kuat, orangnya dan persenjataannya," papar Kalla.

Mempersenjatai tentara memang butuh ekonomi yang kuat. Namun sebenarnya, jika punya politik diplomasi yang canggih, bisa dilakukan dengan memakai hubungan strategis dengan negara lain. Dengan hubungan yang strategis dengan negara lain, Indonesia bisa mendapatkan persenjataan yang kuat dengan harga fleksibel.

Kalla juga mengingatkan, 10 dari 15 konflik yang terjadi itu akibat ketidakadilan ekonomi dan politik. "Papua disamping sparatisme ada ketidakadilan. Di Aceh, apa yang terjadi bukan soal agama tapi tentamg ketidakadilan," kata Kalla.

Untuk mengurai persoalan bangsa yang begitu pelik, menurut Kalla, kita membutuhkan pemimpin demokratis yang bisa memahami, punya visi ke depan, bertanggung jawab, bisa mempengaruhi orang, bisa menjalankan kebijakan populer maupun tan populer. Kalla mencontohkan, dulu ketika BBM naik 160 persen, tak ada protes yang berarti.

Sementara ketika pemerintahan sekarang akan menaikkan BBM 30 persen, banyak demo terjadi di mana-mana. "Ini cara menjelaskan yang salah dan teknik mempengaruhi orang, enggak perlu diktator," kata Kalla.

Indonesia harus memiliki visi ke depan. Walaupun musuh bersama (common enemy) tak ada, kita perlu merumuskan common objective atau tujuan bersama yaitu kemajuan bangsa. Kalla mencontohkan keberhasilan dalam menggalang kampanye komodo sebagai bagian warisan dunia yang harus dilestarikan.

"Saat itu, 40 hari sebelum pengumuman, ada panitia yang datang meminta tolong dibantu karena suara untuk komodo baru mendapat 60.000-an," kata Kalla.

Kemudian Kalla menyanggupi terlibat dan menjelaskan kepada masyarakat bahwa komodo ini bukan hanya untuk kepentingan komodo saja, tapi bisa berimplikasi pada kesejahteraan Indonesia, misalnya dengan banyaknya turis yang datang sehingga ekonomi bisa berkembang.

Dengan penjelasan yang logis seperti itu, komodo akhirnya langsung mendapatkan 300 juta suara dalam tempo 40 hari. "Jadi, tak harus punya common enemy dulu, kita bisa buat common objective untuk tujuan bersama," kata Kalla.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com