Kapolri: Tak Ada Toleransi bagi Preman

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo mengatakan, pihaknya memetik pelajaran dari peristiwa pembunuhan empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta. Kapolri mengaku bahwa pihaknya akan berkomitmen dalam memberantas premanisme.

"Premanisme harus diberantas dan diproses secara hukum. Tidak akan ada toleransi bagi preman," kata Kapolri di Jakarta, Senin (8/4/2013).

Kapolri mengatakan, jika ada penyimpangan yang dilakukan anggotanya, seperti bekerja sama dengan preman, ia berharap masyarakat menyampaikannya kepada kepolisian. Menurutnya, laporan tersebut akan diproses.

"Kalau sweeping perlu dilakukan, ya kami akan lakukan sweeping secara rutin. Yang jelas tidak akan ada lagi toleransi untuk premanisme," ucap Kapolri.

Kapolri pun berpesan kepada Kepala Polda DIY yang baru, Brigadir Jenderal (Pol) Haka Aksana. Ia menggantikan Brigadir Jenderal (Pol) Sabar Rahardjo. "Buat keadaan Yogyakarta kembali kondusif, ciptakan rasa aman untuk masyarakat dan bersihkan semua preman," pungkas Kapolri.

Seperti diberitakan, pembunuhan empat tersangka yang ditahan di Lapas Cebongan disebut berlatar belakang balas dendam atas tewasnya Sersan Satu Santosa, anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Hugo's Cafe.

Mereka yang ditembak mati, yakni Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait. Perkara tersebut masih ditangani pihak TNI Angkatan Darat. Sebanyak 11 anggota Kopassus diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut.