Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa di Balik Video Kekerasan Versi Polri

Kompas.com - 05/03/2013, 22:52 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mabes Polri mulai mengungkapkan versi mereka soal video yang menampilkan aksi kekerasan oleh oknum polisi. Video tersebut dinyatakan merupakan rekaman yang diambil pada Januari 2007 di Poso, Sulawesi Tengah, dengan korban aksi kekerasan adalah Wiwin alias Rahman Kalahe.

"Tayangan itu dapat disimpulkan adalah pasca-penangkapan. Jadi setelah dilakukan penangkapan mereka memang informasinya dibawa kekantor polisi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar tentang video yang diserahkan beberapa pimpinan ormas Islam ke Mabes Polri, beberapa hari lalu. Dia mengatakan penangkapan puluhan terduga teroris itu dilakukan pada 22 Januari 2007.

Menurut Boy, penangkapan saat itu dilakukan setelah polisi tak kunjung berhasil meminta mereka menyerahkan diri. Pendekatan melalui tokoh masyarakat, ujar dia, sudah dilakukan selama enam bulan, tanpa ada hasil.

Penangkapan dilakukan oleh tim satuan tugas Poso. Dalam operasi tersebut, satu polisi tewas, yaitu Briptu Roni, akibat luka tembak di kepala. Sementara lima polisi lain terluka. Boy menyebutkan orang yang diburu polisi saat itu adalah Wiwin.

Menurut Boy, Wiwin adalah pelaku pembunuhan dengan memutilasi tiga pelajar SMA di Poso pada 2005. "Saudara Wiwin ini dari hasil pengecekan data yanng ada merupakan satu pelaku dari sekitar tujuh pelaku pembunuhan atau mutilasi terhadap pelajar SMA di Poso," kata Boy.

Sat itu, tutur Boy, Wiwin dan kawan-kawannya menggunakan senjata M-16 dan M-43, yang menurut polisi diperkirakan didapat dari Filipina. Kepemilikan senjata jenis itu pun diduga terkait aksi perampasan senjata di Maluku yang dilakukan terduga teroris.

Kemudian, terkait Wiwin dan korban lainnya yang tidak mengenakan pakaian dalam video itu, Boy mengatakan hal itu merupakan salah satu prosedur pemeriksaan. Hal itu dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya benda lain seperti bahan peledak dan senjata api yang hendak disembunyikan.

Dalam video itu, menurut Boy, aparat juga bermaksud memintai keterangan tersangka untuk mengungkap pelaku lainnya yang belum tertangkap. "Suatu upaya yang ketat dalam rangka memeriksa kelengkapan," kata dia.

Dalam video yang sempat beredar di Youtube itu, memperlihatkan para tersangka ditendang dan diinjak. Salah satunya adalah Wiwin yang tiba-tiba terjatuh karena ditembak. Menurut Boy, pihaknya akan menelusuri lebih lanjut adanya kesalahan prosedur yang melanggar HAM.

"Kami akan pelajari lebih jauh lagi. Kami akan lakukan pendalaman lebih lanjut apakah ada keterkaitan dengan kesalahan prosedur dalam penanganan itu," kata Boy. Sementara itu, untuk para anggota yang berada dalam tayangan itu masih dicari oleh tim penyelidik.

Karena waktu kejadian sudah enam tahun lalu, kata Boy, diperirakan para polisi yang terekam dalam video sudah tak lagi bertugas di Poso. Dalam tayangan video itu, polisi juga terlihat masih menggunakan helm dan rompi antipeluru. "Kami masih mencari kejelasan lagi terhadap petugas-petugas yang memang ada dalam tayangan itu. Kalau dicermati satu-satu menggunakan helm dan juga jaket. Kalau dilhat itu jaket antipeluru," katanya.

Boy mengatakan Wiwin sekarang ada di LP Palu, Sulawesi Tengah, dalam kondisi sehat. Menurut dia, polisi tetap memberikan perawatan pada Wiwin, setelah terekam video itu. Polisi berencana meminta keterangan Wiwin terkait video ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Nasional
Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Nasional
Transaksi Judi 'Online' Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Transaksi Judi "Online" Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Nasional
Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Nasional
Habiburokhman: Judi 'Online' Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Habiburokhman: Judi "Online" Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Nasional
Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Nasional
Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Nasional
Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Nasional
Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Nasional
Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Nasional
Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com