JAKARTA, KOMPAS.com — Jumlah pengidap penyakit kusta di Indonesia masih tinggi. Promosi perilaku hidup bersih dan sehat ditingkatkan, terutama di kantong-kantong penyebaran penyakit.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyampaikan, pada 2011 ditemukan 23.169 kasus baru kusta. Dari jumlah itu, pengidap yang mengalami catat tingkat dua, catat yang kelihatan sebanyak 2.050 orang dan kasus pada anak 2.170 orang.
"Penularan penyakit masih aktif," kata Nafsiah pada peringatan Hari Kusta Sedunia ke-60 di Rumah Sakit Kusta dr Sitanala, Tangerang, Rabu (13/2/2013). Peringatan yang sejatinya jatuh pada 27 Januari lalu mengambil tema "Hapus Stigma dan Diskriminasi terhadap Kusta".
Dari segi persebarannya, ada 14 provinsi yang mempunyai tingkat penemuan kasus lebih dari 10 per 100.000 penduduk, antara lain Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah kasus terbanyak, yakni 5.284 kasus.
Dengan jumlah itu, Indonesia menempati urutan ketiga jumlah pengidap kusta terbanyak di dunia setelah India (127.295) dan Brasil (33.955). Urutan belum berubah sejak 2009, yang waktu itu tercatat 17.260 kasus.
Di kawasan ASEAN, Indonesia menduduki tempat teratas. Myanmar berada di urutan kedua dengan 3.082 kasus, Filipina ketiga (2.936). Dua negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia hanya punya 216 kasus dan Singapura 11 kasus.
Menkes tidak menampik jumlah kasus di lapangan bisa melampaui angka yang terdata. Kondisi sanitasi yang kotor, masih belum gencarnya edukasi kesehatan, ditambah faktor kemiskinan menjadi sebab terus meningkatnya jumlah pengidap kusta.
Fokus Kemenkes ke depan adalah mengurangi jumlah kasus di kantong-kantong endemis. Caranya adalah dengan melakukan promosi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). "Tenaga kesehatan di tingkat puskesmas akan digerakkan untuk melakukan edukasi dan penyebaran informasi hidup bersih dan sehat langsung kepada masyarakat," ujar Nafsiah.
Upaya penemuan kasus sejak dini juga akan terus digalakkan. Untuk itu, informasi dari masyarakat, terutama anggota keluarga, kepada tenaga kesehatan sangat dibutuhkan sehingga pengobatan dapat dilakukan lebih awal.
Ketika ditanya kendala infrastruktur di sejumlah tempat di kawasan timur Indonesia, Nafsiah mengatakan, pendidikan berbasis media menjadi salah satu pilihan. Praktik hidup sehat dan bersih bisa dilakukan melalui selebaran, brosur, poster, bahkan layanan pesan singkat (SMS).
Manajer Program Malaria dan Penyakit Menular Badan Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia Anand B Joshi menyampaikan, Indonesia telah berusaha keras mengeliminasi penyakit kusta. Upaya pencegahan dengan melakukan pendidikan dan promosi hidup sehat diprioritaskan. "Dengan usaha yang gigih seperti yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini, lima tahun ke depan, Indonesia bisa bebas kusta," kata Joshi.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, untuk promosi dan edukasi kesehatan, segala sumber daya akan dikerahkan seefektif mungkin. Mulai dari tenaga kesehatan di tingkat puskesmas hingga penyebaran informasi melalui media, seperti poster, spanduk, dan media sosial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.