JENJANG WAKTU
Kita tidak berjarak ruang dan waktu, Laila. Seakan selalu menyatu
dalam setiap napas yang memburu.
Tak ada jenjang waktu yang mengajariku tentang jarak*).
Engkau hadir di setiap jengkal kulit.
Serupa rindu yang selalu meresap di pori, terlalu sukar melupakan
hawa yang hasrat dan geloranya mengusung takdir.
Di saat janji terucap sunyi di dalam cairan berselaput.
Dan lorong takdir terkuak demi waktu.
Tak ada jenjang waktu hingga rinduku
melesat ke langitmu.
Palembang, 19 November 2012 (RQ)
*) Kutipan dari puisi Rain Queen “Jarak”
YANG MENGEMBARA
Pengembaraan takdir menyerahkan hasrat merasakan hadirmu suatu hari kelak. Dalam keterasingan lunta serupa ini, kehadiranmu terasa di tiap detik berlalu.
Di malam yang beda, kepakan sayapnya menyisakan hembusan halus dinding fajar melampaui celah kenangan.
Ingin sekali tanda tanya itu tersingkap sambil menelusuri padang hatimu, Laila. Bagiku yang percaya pada jalan takdir, adakah tempat layak di sana? Coba kubaca tanda-tanda, serupa Winnetou yang mencari jejak si Muka Pucat.
Biar tak sesat di jalanmu.
Di malam yang berbeda, perjalanan ini kan terjaga tegak hingga semua
terpacak kebenaran cinta pada lingkaran ketentuan. Tak ada apapun yang datang tanpa alasan darimu. Mencarimu adalah kilau hakikat cinta yang sublim.
Palembang, 22.11.12
KE RAHIM MALAM
Engkau berliku mengitari lorong bukit
Menyesap setiap tetes nektar, yang gemetar di bibir senja
: membuih hingga ke ujung sensoris
yang gigil ritmis
Engkau terkulai di celah melingkar
:merayap jerah ke rahim malam
Palembang, 23.12.12
DI SUDUT KOTA
Hujan benar-benar melumat kerinduannya hari ini.
Hingga ia meringkuk di dalam kabin
memandangi setiap butir hujan yang menyetubuhi jendela mobilnya.
lalu butir-butir itu meleleh turun mengalun berekor serupa sperma.