Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesawat N-219, Harapan Baru Kebangkitan PTDI

Kompas.com - 04/01/2013, 07:31 WIB

KOMPAS.com — Di tengah kondisi terpuruk, PT Dirgantara Indonesia menggarap lebih dari 40 pesanan perakitan pesawat dan helikopter untuk menyehatkan kondisi perusahaan yang pernah berjaya pada tahun 1980-an itu. Diam-diam PTDI juga menyiapkan pesawat transpor, N-219, yang diharapkan dapat mengisi kebutuhan pasar dunia akan pesawat angkut sejenis.

Sonny Saleh Ibrahim dari Humas PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dalam seminar tentang penyediaan persenjataan TNI AL dan industri dalam negeri, akhir Desember 2012, di Jakarta, menceritakan, pesawat N-219 adalah pesawat jenis short take-off and landing yang dapat beroperasi di landasan pendek, seperti di kawasan timur Indonesia. Pesawat itu punya jarak jelajah sekitar 1.000 kilometer dengan kecepatan 150 knot yang cocok melayani rute perintis.

"Rencana ini strategis sekali. N-219 berukuran lebih kecil dari CASA 212-200 dengan daya angkut 19 penumpang. Ukurannya lebih kurang seperti Twin Otter yang di dunia akan segera berakhir masa operasinya dan juga berpotensi mengisi pasar yang dikuasai Cessna Caravan. N-219 sudah lolos uji tes terowongan angin (wind tunnel)," kata Sonny optimistis.

PTDI sudah mendapat dukungan sejumlah lembaga terkait, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Sebagai langkah lanjut, PTDI pun menyiapkan tiga prototipe. Kebutuhan dana bagi pembangunan tersebut mencapai 45 juta dollar AS (sekitar Rp 433 miliar). Seandainya dukungan penuh diperoleh, lanjut Sonny, N-219 bisa siap dalam waktu empat tahun sejak 2013.

Peluang kuasai pasar

Namun, biaya tersebut akan tertutup, bahkan meraup untung jika N-219 yang harga jualnya sekitar 4 juta dollar AS per unit (sebagai bandingan, harga CASA 212 adalah 7 juta dollar AS per unit) mampu mengisi kebutuhan pasar lokal, regional, dan dunia akan pesawat sejenis Twin Otter yang akan segera pensiun dalam beberapa tahun mendatang. "Dalam waktu dekat, jenis Twin Otter yang pensiun mencapai 90-an unit," kata Sonny.

Dalam hitungan kasar, sekitar 90 unit Twin Otter itu senilai dengan 360 juta dollar AS pesawat N-219 dalam jumlah yang sama. Belum lagi kebutuhan akan pesawat Caravan dan tipe Twin Otter buatan China, YS-5.

Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, memuji langkah PTDI demi kebangkitan industri strategis Indonesia. "Kemampuan teknis YS-5 buatan China masih di bawah Twin Otter. Kalau N-219 memiliki kemampuan di atas atau setara Twin Otter atau varian barunya, yakni New Twin Otter, tentu kita akan memiliki peluang besar menguasai pasar," kata Dudi.

Dia mengingatkan, pasar dalam negeri harus lebih dahulu direbut. Sejumlah operator yang mengoperasikan pesawat tipe perintis, seperti maskapai Merpati, Air Fast, Wings Air, Trigana, dan Susy Air, haruslah didekati PTDI. Saat ini, operator seperti Air Fast, lanjut Dudi, sudah mengoperasikan jenis New Twin Otter.

Dudi menerangkan, Twin Otter yang berbasis di Kanada membuat pesawat sesuai dengan kebutuhan operator. Twin Otter domestik yang beroperasi di Kanada berbeda karakter dengan Twin Otter yang dioperasikan di Himalaya dan daerah lain.

"Saya berharap PTDI bisa gesit seperti Airbus. Coba lihat betapa Airbus 350 yang belum jadi sudah mendapat pesanan ribuan unit. Belum lagi Airbus dan Boeing sangat tanggap terhadap layanan purnajual. China yang baru mengembangkan industri dirgantara sangat belajar dari rekam jejak Airbus dan Boeing. Kelemahan kita di Indonesia, termasuk di PTDI, adalah mengurus hal-hal seperti diuraikan tersebut," paparnya.

Produk dalam negeri

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam penutupan seminar TNI AL menegaskan, sesuai undang-undang, pihaknya akan mengutamakan menggunakan produksi dalam negeri jika sudah tersedia.

Beberapa waktu sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin memuji PTDI yang mengerjakan sejumlah helikopter dan pesawat angkut pesanan Kementerian Pertahanan meskipun perbankan belum mengucurkan dana pinjaman.

Pesawat N-219 adalah salah satu langkah strategis membangun kemandirian dan meraih keuntungan bisnis dirgantara. Waktu akan membuktikan apakah PTDI akan mendapat dukungan dan bekerja sepenuh daya meraih peluang berkembangnya pasar penerbangan dunia serta kebutuhan menghubungkan pulau-pulau dan daerah terisolasi di Indonesia. (Iwan Santosa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com