Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bara Api dalam Sekam di Tubuh KPU

Kompas.com - 29/11/2012, 10:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu dalam sidang kode etik pada Rabu (21/11) dinilai kompromistis. Terlihat DKPP ingin menenangkan pengadu, yaitu Badan Pengawas Pemilu dan Direktur Sigma Indonesia Said Salahuddin; teradu, yaitu komisioner Komisi Pemilihan Umum serta jajaran sekretariat KPU.

”Putusan etika sesungguhnya tidak boleh memengaruhi penyelenggaraan pemilu. Kalau tidak suka (dengan putusan), jangan marah. Kalau senang, ya ungkapkanlah biasa-biasa saja,” pesan ketua DKPP Jimly Asshiddiqie ketika membacakan putusan DKPP dalam sidang kode etik di auditorium Kementerian Agama, Jakarta, Rabu.

Ini merupakan pengadilan etika pertama di Indonesia. Majelis DKPP terlihat sangat hati-hati. Dengan jujur Jimly menyebutkan DKPP sedang mengonstruksikan diri sebagai pengadilan etika.

DKPP pun memutuskan KPU tidak terbukti mempunyai iktikad buruk melanggar kode etik sebagaimana laporan Bawaslu. Sebaliknya, disharmoni KPU dan setjen KPU yang terbongkar di persidangan justru diputuskan dengan menjatuhkan sanksi tegas kepada jajaran tertinggi setjen KPU, termasuk kepala biro hukum setjen KPU. KPU diperintahkan ”memulangkan” jajaran setjen ke instansi-instansi asalnya.

Di luar dugaan, DKPP terkesan ingin menunjukkan rasa adil. Rekomendasi Bawaslu yang meminta 12 parpol diikutsertakan dalam verifikasi faktual justru diberikan bonus kompromistis dengan diikutsertakan enam parpol lain yang gagal dalam verifikasi administrasi.

Menurut Komisioner KPU periode 2007-2012 I Gusti Putu Artha, ”bara api dalam sekam” sedang terjadi di KPU. Pahitnya putusan sangat dirasakan jajaran setjen KPU. Mereka sudah dituding tidak optimal memberikan dukungan oleh komisioner KPU, ditambah lagi dikenai sanksi keras.

DKPP dalam putusannya juga dinilai terlalu memaksakan KPU bekerja ekstra keras, dan yang paling keras tentu KPU di daerah yang harus mendatangi pengurus partai ke pelosok kecamatan lagi. ”Anggaran sudah habis. KPU pusat harus konsolidasi, bukan sekadar perintah ke tingkat bawah,” tegas Putu.

Bara api dalam sekam tersebut juga menyulut parpol. Ketua Umum Partai Buruh H Sonny Pudjisasono mengatakan, ”Bukan pertama kali ini saja Partai Buruh diporakporandakan secara sistematis. Pemilu periode sebelumnya kami diperlakukan seperti ini. Di tingkat bawah, begitu partai kami tidak lolos verifikasi administrasi, soliditas partai mungkin sudah kocar-kacir.”

Said pun heran bagaimana DKPP yang semestinya fokus pada perkara etik penyelenggara pemilu justru memutuskan tata cara verifikasi faktual?

Tidak habis pikir pula bagi publik. Jangan-jangan kelak konstruksinya berubah menjadi semua parpol gagal pun bisa dipaksakan menjadi peserta Pemilu 2014. (STEFANUS OSA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

    Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

    Nasional
    Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

    Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

    Nasional
    PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

    PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

    Nasional
    Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

    Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

    Nasional
    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

    Nasional
    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Nasional
    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    Nasional
    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

    Nasional
    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Nasional
    Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Nasional
    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Nasional
    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    Nasional
    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com