Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolri Didesak Nonaktifkan Dua Jenderal

Kompas.com - 02/08/2012, 11:03 WIB
Frans Sarong

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com — Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo didesak segera menonaktifkan dua jenderal yang dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat simulasi mengemudi kendaraan roda dua dan empat untuk SIM.

Kedua jenderal itu adalah Inspektur Jenderal Djoko Susilo, mantan Kepala Korlantas, dan kini Gubernur Akpol di Semarang serta Brigadir Jenderal (Pol) Didik Purnomo, Wakil Kepala Korlantas.

Desakan itu disampaikan Karolus Kopong Medan, pakar hukum pidana dari Universitas Negeri Nusa Cendana (Undana) Kupang, di Kupang, NTT, Kamis (2/8/2012) ini.

Menurut dia, pembebastugasan dua jenderal polisi itu penting demi kelancaran pemeriksaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Pembebasan dari tugas dimaksud juga agar keduanya lebih berkonsentrasi menghadapi kasusnya itu," kata Karolus, yang adalah Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum Undana. Ia juga ketua tim perekaman persidangan perkara tipikor, kerja sama FH Undana dengan KPK.

Pengadaan alat simulasi mengemudi kendaraan roda dua dan empat untuk SIM di Korlantas Polri adalah proyek tahun anggaran 2011. Proyeknya bernilai total Rp 198,7 miliar dan nilai itu diduga kuat telah mengalami penggelembungan dari sekitar Rp 100 miliar.

Karolus berpendapat, akan lebih obyektif jika penanganan kasus itu sepenuhnya hanya oleh KPK. Jika pihak Polri tetap berkeinginan agar penanganan kasusnya dilakukan bersama KPK, itu adalah indikasi ketidakrelaan pihak Polri kalau kasusnya ditangani KPK. 

"Saya sangat tidak setuju kasus dugaan korupsi di lingkungan Korlantas Polri itu ditangani oleh korpsnya sendiri. Obyektivitasnya sangat diragukan. Polri seharusnya kooperatif dan bahkan sangat diharapkan agar berada di garda paling depan untuk memerangi berbagai kasus korupsi, termasuk kasus korupsi yang melibatkan jajarannya," papar Karolus.

Ia juga mengharapkan melalui penanganan kasus tersebut tidak lagi muncul konflik berjudul "cicak versus buaya" sebagaimana mencuat beberapa waktu lalu. "Potensi konflik seperti itu agar tidak sampai terulang lagi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    Nasional
    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Nasional
    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    Nasional
    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    Nasional
    Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

    Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

    Nasional
    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Nasional
    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Nasional
    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Nasional
    Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Nasional
    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com