Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasa Itu Masih Ada di Timor Leste

Kompas.com - 29/05/2012, 15:31 WIB

Oleh Panca Hari Prabowo

KOMPAS.com — Teriknya sinar matahari sangat terasa, tetapi tidak menghalangi ratusan warga Dili untuk berdiri di tepi jalan dengan membawa bendera Merah Putih kecil dan bendera Timor Leste menyambut kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono ke Timor Leste, pekan ketiga Mei 2012.

Meski kedatangan beberapa kepala negara dan kepala pemerintahan untuk menghadiri pelantikan Presiden Timor Leste juga disambut warga, tak pelak penyambutan warga yang diterima Presiden Yudhoyono dan rombongan menarik untuk dicermati. Hal ini mengingat sejarah antara Timor Leste dan Indonesia, jika ditarik mundur dari 2002 ke 1975, cukup berliku.

"Kondisi memang seperti ini, tetapi kini lebih bebas (dibandingkan dengan sebelum 2002)," kata Silvio (29), warga Dili. Ia bercerita tentang perkembangan negara itu setelah 10 tahun merdeka pascajajak pendapat 1999, penentuan nasib sendiri yang diinisiasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Ia mengatakan, meski pertumbuhan ekonomi berjalan perlahan, setidaknya mereka kini bisa menentukan nasib sendiri. Walau demikian, Silvio masih mengenal bahasa Indonesia dan kerap menggunakannya, di samping menggunakan bahasa Tetun.

Usianya masih 19 tahun saat dilaksanakan jajak pendapat menentukan nasib untuk merdeka dan berpisah dengan Indonesia. Namun, Silvio mengaku tidak memendam perasaan negatif terhadap Indonesia.

Demikian juga dengan Sergio, seorang jurnalis dari televisi swasta di Dili. "Bahasa Portugis cukup susah untuk dipelajari, sementara kosakata bahasa Tetun masih terbatas. Karena itu, jika ingin menjelaskan sesuatu dan tidak ditemukan persamaan katanya, kami gunakan bahasa Indonesia, lebih mudah dan simpel," katanya.

Sebagian besar warga Dili dan Timor Leste memang masih familiar dengan bahasa, pengaruh budaya, dan interaksi dengan Indonesia.

"Apa kabar? Bagaimana di sana sekarang?" tegur seorang warga Dili yang enggan disebutkan namanya saat berada di kawasan Patung Christo Rei, beberapa kilometer dari Dili, bersama istrinya.

Ia mengambil gelar sarjananya di Universitas Gadjah Mada dan kini bekerja di Kementerian Keuangan Timor Leste. Istrinya pernah menjadi teller bank di Klaten, Jawa Tengah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com