Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi Anggaran Juga Terjadi di Eksekutif

Kompas.com - 30/11/2011, 07:55 WIB
Khaerudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — DPR jengah dituding sebagai pihak yang harus selalu bertanggung jawab pada terjadinya korupsi anggaran negara. Korupsi anggaran negara juga terjadi di eksekutif.

Pemerintah, seperti halnya DPR, berpotensi besar melakukan korupsi karena kewenangan pengelolaan anggaran.

"Kalau ada menteri kenal baik dengan pengusaha, terus si pengusaha meminta agar proyek di kementerian itu diberikan kepadanya. Menteri lalu meminta kepada dirjen agar menganggarkan, katakanlah Rp 100 miliar untuk proyek tersebut. Kemudian dicarikan alasan agar proyek itu dijalankan. Sampai ke DPR, ternyata DPR juga tak tahu di balik proyek itu, dan meloloskannya. Pertanyaannya, apakah si menteri tak dapat apa-apa dari pengusaha?" kata Wakil Ketua Komisi IX DPR Harry Azhar Azis di Jakarta, Selasa (29/11/2011) malam.

Menurut Harry, sebagai pihak yang memiliki kewenangan pengelolaan anggaran, pemerintah juga bisa menjadi pihak yang bertanggung jawab di balik terjadinya korupsi anggaran.

"Sekarang ICW (Indonesia Corruption Watch), Fitra (Forum Indonesia untuk Transparan Anggaran), dan LSM lainnya menyerang kami, seolah-olah hanya kami ini yang korupsi. Lantas bagaimana dengan korupsi anggaran di pemerintahan," kata Harry.

Harry menyebutkan, sangat mungkin terjadi korupsi anggaran di DPR. Akan tetapi, jumlahnya pasti tak akan sebanding dengan nilai korupsi yang terjadi di eksekutif.

"Di DPR itu paling yang terjadi seperti di dana penyesuaian infrastruktur daerah, yang kemarin ramai dibicarakan. Nilainya paling Rp 7 triliun. Bandingkan dengan anggaran yang dikelola pemerintah," kata Harry.

Dia melihat, jika DPR terus-menerus dijadikan sasaran tembak dalam pemberantasan korupsi, target akhirnya justru melemahkan fungsi check and balances yang dimiliki wakil rakyat.

"Kalau check and balances kami lemah, lantas siapa yang mewakili kewenangan pengelolaan anggaran pemerintah?" tanya Harry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com