Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan karena Jaksa Kurang Duit...

Kompas.com - 23/11/2011, 10:55 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seolah tidak ada habisnya, oknum kejaksaan kembali dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dua hari lalu atau Senin (21/11/2011), jaksa Kejaksaan Negeri Cibinong, Jawa Barat, Sistoyo, tertangkap tangan sesaat setelah diduga menerima suap Rp 99,9 juta dari pengusaha bernama Erdward dan Anton. Ironinya, Sistoyo ditangkap saat akan meninggalkan halaman kantor Kejaksaan Negeri Cibinong (Kejari Cibinong) setelah mengantongi uang Rp 99,9 juta.

Belakangan diketahui, pada hari penangkapan itu, Sistoyo baru selesai mengikuti pendidikan dalam rangka promosi jabatan. Jaksa eselon IV tersebut juga menduduki jabatan di Kejari Cibinong sebagai Kepala Subbagian Pembinaan Kejari Cibinong. Sebelumnya, dia menjabat Kepala Seksi Intelijen Kejari Pamekasan, Madura. Jabatan struktural di Kejari Cibinong yang diemban Sistoyo seolah tidak mampu menahannya untuk bekerja tanpa "main-main".

Lebih jauh dari itu, Sistoyo bukanlah satu-satunya anggota "korps Adhyaksa" yang ditangkap KPK. Sebelumnya, KPK menangkap tangan dua anggota "korps Adhyaksa", yakni Jaksa Urip Tri Gunawan dan Jaksa Dwi Seno Widjanarko. Urip ditangkap pada Februari 2008 karena diduga menerima suap Rp 6 miliar dari pengusaha Artalyta Suryani. Uang sebesar itu diduga berkaitan dengan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia yang tengah ditangani Urip.

Pada 4 September 2008, majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menjatuhkan vonis bersalah atas Urip sehingga dia harus menjalani hukuman penjara 15 tahun. Sementara itu, Jaksa Dwi Seno Widjanarko divonis 1,5 tahun karena dianggap terbukti melakukan upaya pemerasan terhadap pegawai Bank Rakyat Indonesia Unit Juanda, Agus Suharto. Jaksa Kejaksaan Negeri Tangerang itu ditangkap pada 11 Februari tahun lalu.

Terkait masih adanya jaksa yang tertangkap tangan KPK ini, Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW), Adnan Topan Husodo, menilai adanya masalah yang kompleks di tubuh Kejaksaan, mulai dari proses seleksi jaksa, hingga pengawasan internal. "Bukan karena kurang duit saja, melainkan juga masalah seleksi, masalah rekruitmen," kata Adnan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/11/2011).

Proses seleksi jaksa di Kejaksaan, katanya, kental terhadap praktik nepotisme. Akibatnya, sulit menemukan jaksa yang profesional, berintegritas, dan berkredibilitas tinggi. "Seleksi kalau dari tubuh penegak hukum sendiri, jaksa, polisi, sebagian besar dari dalam, ada hubungan persaudaraan satu sama lain, kronisme-nya cukup kuat, nepotisme-nya cukup kuat," ungkap Adnan.

Kondisi tersebut diperparah dengan pengawasan internal Kejaksaan yang belum berjalan dengan baik. Sistem kontrol Jaksa Agung ke daerah-daerah sulit dibentuk dengan baik. "Pasalnya, itu sebenarnya tanggung jawab kajati (kepala kejaksaan tinggi) dan kajari (kepala kejaksaan negeri)," kata Adnan. Namun, sayangnya, kajati dan kajari saat ini cenderung tidak mampu membangun sistem pengawasan internal yang baik.

Menurut Adnan, sistem pengawasan internal yang baik dapat dibentuk, misalnya dengan pembaruan mekanisme promosi dan mutasi jaksa. Mekanisme promosi jabatan para jaksa seharusnya dilakukan dengan memerhatikan prestasi. "Publik kan selama ini curiga mekanisme promosi ini hanya bicara soal setoran, duit, bukan prestasi," ungkapnya.

Dia menambahkan, rendahnya gaji bukanlah masalah yang membuka peluang seorang jaksa melakukan korupsi. "Korupsi akan terus terjadi meskipun gaji itu sudah diperbaiki. Ini karena tanpa ada risiko melakukan korupsi, dia akan tetap melakukannya," ucap Adnan.

"Kalau orang masih bepikir, 'ah, korupsi susah ketahuan, ah kalau ketahuan paling-paling cuma ditegur, dikasih catatan', tidak akan menimbulkan efek jera untuk tidak korupsi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

    PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

    Nasional
    Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

    Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

    Nasional
    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

    Nasional
    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Nasional
    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    Nasional
    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

    Nasional
    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Nasional
    Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Nasional
    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Nasional
    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    Nasional
    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com