Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Belum Menyerap Optimal

Kompas.com - 22/11/2011, 02:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Terdapat banyak peluang pendanaan internasional untuk menghadapi perubahan iklim. Namun, Indonesia masih belum dapat memanfaatkannya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Salsiah Alisjahbana menegaskan hal itu dalam seminar ”Identifikasi Pendanaan Perubahan Iklim Internasional; Strategi dan Mekanisme Pemanfaatannya bagi Indonesia”, di Jakarta, Senin (21/11).

Menurut Armida, komitmen dana internasional perubahan iklim dari tahun 2010 sampai tahun 2012 mencapai 30 miliar dollar AS (sekitar Rp 270 triliun). Namun, dana tersebut belum banyak dimanfaatkan Indonesia. Negara yang banyak memanfaatkan dana tersebut antara lain India, China, Brasil, dan Afrika Selatan.

Ketua Tim Ahli Kajian sekaligus Staf Ahli Menteri Bidang Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Bappenas Umiyatun Hayati Triastuti menambahkan, Indonesia sebenarnya telah menerima komitmen bantuan dana iklim internasional. Namun, hanya sebagian kecil yang bisa dicairkan.

Penyebabnya ada di kelembagaan, peraturan, serta peran pemerintah dan swasta. Ujungnya, banyak proposal Indonesia yang akhirnya ditolak Kerangka Kerja Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa untuk Perubahan Iklim (UNFCCC).

Panelis dalam seminar ini, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Sri Adiningsih, menyatakan, kalangan akademisi dan lembaga swadaya masyarakat acap kali berusaha terlibat dalam program tersebut. Namun, kendalanya, pemerintah selama ini kurang responsif.

Dana internasional perubahan iklim merupakan bagian dari pengejawantahan Protokol Kyoto, sebuah kesepakatan internasional berkaitan dengan UNFCCC. Substansinya adalah usaha untuk menekan emisi gas yang ditargetkan pada 37 negara industri dan komunitas Eropa. Indonesia adalah salah satunya.

Indonesia berkomitmen menekan emisi sebesar 26 persen dari kegiatan normalnya dengan biaya sendiri. Jika ditambah dukungan dana internasional, targetnya menjadi 41 persen tahun 2014, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. (LAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com