Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelaparan Ancam NTT

Kompas.com - 02/09/2011, 03:33 WIB

SOE, KOMPAS - Rawan pangan mulai mengancam warga di sejumlah daerah di Nusa Tenggara Timur, seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan, Sumba Timur, dan Ngada. Nyawa mereka terancam karena ketiadaan stok pangan. Untuk itu, pemerintah setempat perlu segera ke lapangan dan mengambil kebijakan konkret sebagai antisipasi.

Di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), sebanyak 150 desa yang tersebar di 32 kecamatan di TTS terancam rawan pangan serius. Kini mereka mengonsumsi biji asam dan putak, semacam sagu dengan bahan dari pohon gewang.

”Biji asam dijemur lebih kurang lima hari, lalu digoreng dan ditumbuk untuk dipisahkan kulit dan bijinya. Biji asam tersebut direndam dalam air selama dua hari sebelum dimakan,” tutur mantan Kepala Desa Oekiu, Kecamatan Amanuban Selatan, TTS, Yupiter Atinus Tuan di Soe, ibu kota TTS, Kamis (1/9).

Hal serupa ditegaskan Wakil Ketua DPRD TTS Ampera Seke Selan. ”Gagal panen dan bencana alam tanah longsor menimpa ladang dan memutuskan sejumlah ruas jalan sehingga memperparah keadaan itu. Sampai hari ini, sejumlah ruas jalan yang tertimbun longsor belum bisa dilalui kendaraan roda empat kecuali sepeda motor. Ini juga memperburuk ancaman kekurangan makanan,” papar Ampera.

Di Desa Uluwae, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada, Flores, terdapat 180 keluarga terancam kelaparan karena stok pangan kian menipis akibat kekeringan.

”Nyawa mereka terancam. Stok pangan tampaknya tak bisa lagi diandalkan karena pohon pisang atau pohon ubi kayu (singkong) yang ada sudah layu dan kering karena kekeringan. Tanah juga pecah-pecah karena tak ada air. Yang berbahaya adalah kelangsungan hidup warga, terutama anak-anak,” ungkap relawan sosial Liberius Langsinus yang baru kembali dari Desa Uluwae.

Desa Uluwae, sekitar 45 kilometer (km) dari kota Bajawa, merupakan daerah yang terpencil. Infrastruktur jalan sangat jelek, sekitar 10 km badan jalan menuju desa itu dalam kondisi hancur. Pengendara sepeda motor mesti ekstra hati-hati saat melintas agar tak tergelincir karena kondisi jalan sangat berpasir dan penuh pecahan batu.

Belum terdata

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Ngada Laurensius Ngiso Godja di Ngada menyatakan belum menerima laporan tentang kondisi warga Uluwae yang kekurangan pangan. ”Kami perlu mengecek informasi ini sebab sampai saat ini saya belum mendapat laporan dari kepala desa ataupun dari kepala BPP (Balai Penyuluh Pertanian) Kecamatan Bajawa Utara,” kata Laurensius.

Anggota DPD asal NTT, Emanuel Babu Eha, mengatakan, data di lapangan per Agustus 2011 menunjukkan, kasus kelaparan menimpa 20.012 warga dari total 20.131 warga Desa Pambotajara, Kecamatan Kota Waingapu. Dari sekitar 94 anak balita, 50 di antaranya menderita gizi kurang dan 3 gizi buruk. Pada Juli 2011, 30 anak balita menderita gizi kurang dan 1 anak balita menderita gizi buruk. ”Lonjakan jumlah gizi kurang sangat cepat,” kata Emanuel.

Kepala Badan Ketahanan Pangan NTT Nikolaus Bala Nuhan mengakui, ada 862 desa di NTT yang terancam rawan pangan. Namun, tidak semua warga desa terkategori rawan pangan. Pemprov masih memiliki 3.000 ton beras sebagai cadangan bencana.

”Kalau ada surat resmi dari bupati mengenai kelaparan di daerahnya, kami segera kucurkan bantuan. Tak hanya beras, tetapi juga uang Rp 5 juta per kelompok untuk menangani rawan pangan, tidak termasuk raskin,” kata Nuhan. (KOR/SEM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com