Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasim Moosa Diberi Penghargaan LIPI

Kompas.com - 22/08/2011, 19:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mungkin tak banyak yang tahu nama Mohammad Kasim Moosa di Indonesia. Padahal namanya mentereng di kalangan ilmuwan biologi kelautan. Setidaknya dua artikel Kasim Moosa dan kawan-kawannya sesama peneliti biologi kelautan, terpublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi Nature.

Kasim Moosa menjadi salah satu penemu Coelancanth, ikan purba yang sebelumnya diduga telah punah sejak masa Cretaceous, 65 juta tahun lalu.

Sebelum penemuan pertamanya di perairan Afrika Selatan tahun 1938, Coelancanth atau ikan berahang dianggap para ilmuwan telah punah. Kemudian diketahui ikan ini berhabitat di perairan Kepulauan Komoro, Samudera Hindia. Hingga pada tahun 1998, nelayan di perairan Manado, Sulawesi Utara, menemukan ikan yang oleh penduduk lokal setempat dinamakan ikan raja. Ikan itu secara fisik mirip dengan Coelancanth yang ada di Kepulauan Komoro.

Kasim Moosa bersama dua koleganya, Mark Erdmann dan Roy L Caldwell, mempublikasikan penemuan tersebut di Nature dengan judul artikel "Indonesian "king of the sea" Discovered.

Kasim Moosa adalah ilmuwan biologi kelautan LIPI, yang dianggap mengangkat reputasi lembaga ilmiah tertua dan terbesar di Indonesia itu di mata internasional.

Ilmuwan kelahiran Jakarta 25 Februari 1937 itu, dianugerahi penghargaan Sarwono Prawirohardjo X oleh LIPI. Penghargaan Sarwono Prawirohardjo ini merupakan ajang tahunan, dalam rangka puncak perayaan ulang tahun LIPI pada 23 Agustus.

Penghargaan ini mengambil nama Ketua LIPI pertama almarhum Prof DR Sarwono Prawirohardjo.

Senin (22/08/2011) ini Kasim Moosa tak sendiri mendapatkan penghargaan. LIPI juga menganugerahkan penghargaan yang sama terhadap mantan Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Prof DR Haryono Suyono.

Ketua LIPI Prof DR Lukman Hakim, mengatakan, kepakaran Kasim Moosa dalam biologi kelautan sungguh sangat dibutuhkan Indonesia sebagai negara maritime.

"Ketekunannya dalam meneliti biota laut diturunkan kepada peneliti-peneliti muda maupun murid-muridnya di Universitas Indonesia maupun Universitas Nasional," kata Lukman.

Kasim menyelesaikan program pendidikan pascasarjana hingga doctoral di Paris, Perancis. Kasim Moosa meraih gelar doktor di Universite Pierre et Marie Curie tahun 1986.

Lebih dari 73 jurnal ilmiah dia hasilkan, termasuk tiga di antaranya yang dipublikasikan di Nature. Kasim Moosa juga tercatat sebagai penemu tiga family, 11 genera, 45 spesies dari kepiting dan stomatopoda. Dia juga yang pernah menginformasikan adanya ikan fosil hidup di Biak, Papua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com