Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Panggil Dubes RI untuk Kolombia

Kompas.com - 22/08/2011, 11:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi telah melayangkan surat panggilan pemeriksaan terhadap Duta Besar RI untuk Kolombia, Michael Manufandu. "Hari Jum'at minggu lalu (surat dikirim)," kata Wakil Ketua KPK M Jasin melaui pesan singkat, Senin (22/8/2011).

Michael akan dimintai keterangan terkait penyidikan kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games yang melibatkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.

Mengenai materi pemeriksaan lebih detail, Jasin enggan membeberkan. "(Soal) pertanyaan (untuk Michael) itu rahasia Tim penyidik, mereka cukup profesional dan akan menggali informasi secara maksimal," ujarnya.

Seperti diberitakan, Nazaruddin tertangkap di Cartagena Kolombia setelah buron selama kurang lebih tiga bulan. Nazaruddin menitipkan tas hitamnya kepada Michael. Tas hitam tersebut kemudian disita penyidik KPK dan isinya menjadi barang bukti.

Namun, saat tas itu dibuka, tidak ditemukan flashdisk merek Sandisk yang pernah ditunjukkan Nazaruddin saat diwawancarai jurnalis warga Iwan Piliang melalui jaringan Skype. Dalam wawancara yang ditayangkan Metro TV tersebut Nazaruddin menyatakan flash disk tersebut berisi bukti tudingan-tudingannya selama ini mengenai keterkaitan sejumlah politisi Partai Demokrat dengan kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games 2011.

Dalam tas itu juga tidak ditemukan CD yang menurut Nazar berisi rekaman pertemuannya dengan Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah. Ketiadaan kedua benda itu menimbulkan kecurigaan jika KPK menyembunyikan barang bukti itu. Jasin lantas menepis kecurigaan itu.

Menurutnya, isi tas yang diperlihatkan kepada publik tersebut adalah yang sebenar-benarnya. Jika memang kedua benda itu berisi alat bukti, KPK akan berupaya mencarinya. Salah satu caranya dengan meminta keterangan Michael.

Nazaruddin juga mengklaim flashdisk Sandisk dan laptopnya itu berisi data sirkulasi keuangan Partai Demokrat dan proyek yang pernah ditangani Nazaruddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Nasional
    Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Nasional
    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Nasional
    Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com