Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Butuh Pemimpin Pemikir

Kompas.com - 30/07/2011, 16:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tingkat intelektualitas dan moralitas pemimpin bangsa saat ini sangat jauh dibandingkan pemimpin-pemimpin pada zaman kemerdekaan.

Pemimpin pada zaman kemerdekaan umumnya adalah pemikir dan penulis sehingga wajar jika akhirnya Indonesia merdeka dan mampu meletakkan fondasi yang kuat bagi keberlangsungan bangsa. Adapun pemimpin saat ini umumnya adalah politikus yang oportunis dan mendewakan uang sehingga membuat kehidupan negara makin karut-marut.

Demikian salah satu kesimpulan dari pernyataan sejarawan Taufik Abdullah, tokoh Islam Syafii Maarif, Rektor Paramadina Anies Baswedan, dan mantan menteri Emil Salim saat peluncuran buku Hadji Agus Salim berjudul Pesan-pesan Islam, Sabtu (30/7/2011), di Jakarta.

Taufik mengemukakan, pada zaman kemerdekaan, pemimpin umumnya terdiri dari para pemikir dan penulis. Sebut saja Soekarno, M Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, dan Agus Salim. Pada zaman Orde Baru, bangsa Indonesia dipimpin kaum teknokrat, seperti Widjojo Nitisastro dan Emil Salim.

Selanjutnya, pada zaman reformasi, ketika Indonesia menganut demokrasi, kepemimpinan bangsa justru dikuasai oleh politikus. Sayangnya, kata Taufik, dalam memerintah, para pemimpin tidak mengandalkan ide dan integritas, melainkan uang.

Anies menambahkan, pada zaman kemerdekaan, perdebatan antartokoh biasanya menyangkut ide tanpa dilatari kepentingan apa pun. Karena itu, tokoh-tokoh yang berbeda ide biasanya tetap berkawan dan bahkan bahu-membahu memimpin bangsa. Lain halnya saat ini. Karena didominasi politikus, perdebatan antarelite adalah soal kepentingan. Dampaknya, para elite ribut sendiri tidak peduli dengan kesejahteraan rakyat. Ke mana bangsa ini menuju pun menjadi kabur.

"Generasi muda Indonesia saat ini harus belajar kepada para tokoh zaman kemerdekaan dan pendiri bangsa seperti Agus Salim," katanya.

Syafii mengingatkan, sosok Agus Salim harus diteladani oleh kaum muda saat ini agar Indonesia bisa menuju kejayaan. Agus Salim merupakan pemikir yang selalu menggunakan rasionalitas dalam memahami sesuatu, termasuk agama Islam. Namun, pada saat bersamaan, ia juga seorang penganut Islam yang taat.

"Agus Salim mengajar Islam kepada dunia Barat dengan rasionalitas sehingga Islam bisa dipahami. Jadi, Agus Salim berperan penting dalam membangun dialog antarperadaban dan iman," kata Syafii.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Respons Putusan MA, Demokrat: Bisa Ikut Pilkada Belum Tentu Menang

    Respons Putusan MA, Demokrat: Bisa Ikut Pilkada Belum Tentu Menang

    Nasional
    Blok Rokan Jadi Penghasil Migas Terbesar Se-Indonesia, Jokowi Berikan Apresiasi

    Blok Rokan Jadi Penghasil Migas Terbesar Se-Indonesia, Jokowi Berikan Apresiasi

    Nasional
    Tiru India, Pemerintah Siapkan PP Mudahkan Diaspora Balik ke Indonesia

    Tiru India, Pemerintah Siapkan PP Mudahkan Diaspora Balik ke Indonesia

    Nasional
    Menpan-RB Dorong Kantor Perwakilan RI Terapkan Pelayanan Publik Terintegrasi

    Menpan-RB Dorong Kantor Perwakilan RI Terapkan Pelayanan Publik Terintegrasi

    Nasional
    Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Beri Karpet Merah Dinasti Jokowi

    Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Beri Karpet Merah Dinasti Jokowi

    Nasional
    Kunjungi Kantor Pusat DEC di China, Puan Tekankan Pentingnya Peningkatan Kerja Sama Antarnegara 

    Kunjungi Kantor Pusat DEC di China, Puan Tekankan Pentingnya Peningkatan Kerja Sama Antarnegara 

    Nasional
    Isnaq Rozaq, Peternak Termuda DD Farm Jateng yang Tekun Gapai Mimpi Jadi Musisi

    Isnaq Rozaq, Peternak Termuda DD Farm Jateng yang Tekun Gapai Mimpi Jadi Musisi

    Nasional
    Prabowo Bertemu PM Baru Singapura, Janji Lanjutkan Kerja Sama Bilateral

    Prabowo Bertemu PM Baru Singapura, Janji Lanjutkan Kerja Sama Bilateral

    Nasional
    PDI-P Pertimbangkan Usung Anies di Jakarta jika Diusulkan Akar Rumput

    PDI-P Pertimbangkan Usung Anies di Jakarta jika Diusulkan Akar Rumput

    Nasional
    Sempat Tidak Fit, Megawati Sapa Warga di Kantor PDI-P Ende

    Sempat Tidak Fit, Megawati Sapa Warga di Kantor PDI-P Ende

    Nasional
    Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

    Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

    Nasional
    PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

    PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

    Nasional
    Profil Thomas Djiwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

    Profil Thomas Djiwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

    Nasional
    Simbol Kedaulatan Energi, Jokowi Peringati Hari Lahir Pancasila di Blok Rokan, Dumai

    Simbol Kedaulatan Energi, Jokowi Peringati Hari Lahir Pancasila di Blok Rokan, Dumai

    Nasional
    Lewat FGD, Dompet Dhuafa Berupaya Revitalisasi Budaya Lokal sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat

    Lewat FGD, Dompet Dhuafa Berupaya Revitalisasi Budaya Lokal sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com