Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neshawaty Bantah Semua Tudingan MK

Kompas.com - 28/06/2011, 12:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Neshawaty Zulkarnain, putri mantan Hakim Konstitusi Arsyad Sanusi, membantah semua tudingan yang diarahkan pada dirinya dalam laporan Tim Investigasi Mahkamah Konstitusi terkait kasus dugaan pemalsuan surat MK dalam sengketa Pemilu 2009. Bantahan ini disampaikan Neshawaty di hadapan Panja Mafia Pemilu di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (28/6/2011).

Ia membantah mengenal secara dekat staf MK Masyhuri Hasan. Ia mengaku kenal Hasan dari keponakannya, Rara, yang mengaku pacar Hasan. "Saya kenal dengan Hasan hanya sekali waktu sama keponakan saya Rara, dia (Rara) bilangnya pacar. Waktu itu saya sama Rara ke ITC Cempaka Mas. Waktu itu janjian perbaiki BB (Blackberry). Enggak lama kemudian Hasan datang, enggak tahu mungkin mereka sudah janjian atau apa. Cuma dikenalin Hasan di situ saja. Hanya sekali itu. Saya enggak pernah (bertemu) lagi, berhubungan juga tidak. Tidak pernah ketemu di rumah (Rumah Arsyad)," paparnya.

Ia juga membantah pernyataan Tim Investigasi MK yang mengatakan pada tanggal 16 Agustus 2009, ia bersama Arsyad, Dewi Yasin Limpo, dan Hasan bertemu di rumah Arsyad membahas konsep surat putusan MK. Menurutnya, saat itu ia berada di Surabaya, dan telah berangkat sejak 15 Agustus 2009. Oleh karena itu, ia tak tahu menahu soal pertemuan itu dan menyatakan semua yang diungkapkan Tim itu tidak benar.

Sejumlah anggota Panja beberapa kali menegaskan bahwa dalam pengakuannya kepada Tim Investigasi MK,  Hasan mengungkapkan pernah dihubungi Nesha. Namun, Nesha bersikeras tak pernah menghubungi Hasan maupun bertemu dengannya di rumah Arsyad. Termasuk menelpon Nalom, ia pun membantah fakta dari MK itu.

Sebelumnya, dalam keterangannya di hadapan Panja, Selasa (21/6/2011) Sekjen MK Djanedjri Gaffar mengungkapkan, Dewi Yasin Limpo membuntuti dua orang staf MK Matsuri Hasan dan Nalom Kurniawan saat keduanya hendak mengantarkan surat putusan MK kepada Komisi Pemilihan Umum.

Dewi meminta agar dapat melihat surat panitera MK. Tetapi Nalom keberatan memperlihatkan surat itu. Kemudian Dewi Yasin Limpo menelepon seseorang dan berbicara dalam bahasa daerah. Belakangan diketahui, menurut Djanedjri, orang yang ditelepon Dewi adalah Neshawati, putri Arsyad. Melalui telepon Nesha meminta Nalom menyerahkan surat tersebut kepada Dewi dengan alasan itu adalah perintah ayahnya.

"Saya tidak tahu sama sekali. Saya tidak tahu apa dan bagaimana suratnya (Surat putusan MK). saya juga tidak tahu (soal pertemuan Hasan, Arsyad dan Dewi). Itu hak Hasan, untuk menyampaikan (kepada Tim investigasi MK). Saya tidak tahu, karena saya pergi tanggal 15 Agustus 2009 baru pulang 18 Agustus 2009. Saya tidak kenal Nalom dan tidak pernah menelepon," jelas Nesha.

Nesha yang juga advokat ditanya apakah mengenal mantan anggota KPU Andi Nurpati. Ia menjawab, tidak sama sekali. Ia mengaku tahu nama Andi melalui media. "Saya tidak kenal (Andi Nurpati). Saya tidak tahu dan tidak pernah komunikasi dengannya (Andi Nurpati). Kasus ini baru aja saya tahu kemarin, di panja (melalui media). Saya sama sekali saya tidak tahu (kasus pemalsuan dan penggelapan surat MK)," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Nasional
    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Nasional
    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Nasional
    Ganjar Bubarkan TPN

    Ganjar Bubarkan TPN

    Nasional
    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    Nasional
    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    Nasional
    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Nasional
    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Nasional
    Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Nasional
    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Nasional
    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Nasional
    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com