Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus "Paksa" Singapura

Kompas.com - 30/05/2011, 20:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah harus lebih serius membantu KPK menemukan keberadaan tersangka kasus dugaan suap pada pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Nunun Nurbaeti. Walaupun sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut, keberadaan Nunun sulit terlacak. Hal itu diungkapkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Ashiddiqie seusai mengikuti sebuah diskusi di Rumah Perubahan, Jakarta, Senin (30/5/2011).

"Harusnya kita bisa bicara lebih serius lagi dengan Singapura. Kita sudah membangun hubungan lama dengan Singapura dan tentunya mereka juga harus mempertimbangkan sikapnya untuk membantu Indonesia membangun pemerintahan yang bersih," ujar Jimly.

Jika Indonesia ingin melakukan perjanjian ekstradisi, menurut Jimly, hal itu dapat dilakukan dengan sedikit paksaan. Menurut dia, dapat disiasati dengan menggunakan kesempatan di berbagai kepentingan kerja sama antara Singapura dan Indonesia.

"Singapura, kan, banyak kepentingannya di Indonesia. Nah, bisa saja kita agak memaksa. Jadi, misalnya oke kita akan penuhi kepentingan dia, tetapi dengan satu syarat, you teken perjanjian ekstradisi ini. Kalau tidak, kita harus berani mengancam sedikit, mereka itu keenakan. Harus begitu kalau menurut saya. Jangan sampai Singapura itu jadi sarang penyamun dong," tukasnya.

Selama ini KPK mengalami kesulitan untuk menghadirkan Nunun karena istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun itu beralasan sakit dan berada di Singapura. Nunun pun tak pernah memenuhi panggilan KPK sejak menjadi saksi. Kini, ia telah ditetapkan sebagai tersangka. KPK terus melacak keberadaannya untuk mengupayakan pemulangan Nunun ke Tanah Air. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pun telah mencabut paspor yang bersangkutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

    Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

    Nasional
    Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

    Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

    Nasional
    Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

    Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

    Nasional
    Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

    Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

    Nasional
    Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

    Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

    Nasional
    Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

    Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

    Nasional
    Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

    Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

    Nasional
    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

    Nasional
    'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

    "Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

    Nasional
    Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

    Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

    [POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

    Nasional
    Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

    Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

    Nasional
    Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

    Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

    Nasional
    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

    Nasional
    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com