Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud MD: Ruhut Itu seperti Pelawak

Kompas.com - 21/05/2011, 21:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD membantah pernyataan Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang menyebutkan dirinya hanya mencari sensasi untuk mencalonkan diri menjadi Presiden 2014 seusai membeberkan pemberian uang Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin kepada Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi Djanedri M Gaffar kepada Presiden SBY. Pasalnya, Mahfud mengaku, selama ini dirinya sama sekali tidak mempunyai niat untuk menjadi presiden.

"Ya, kalau dia (Ruhut) itu ngerti internet, bisalah dia lihat kalau saya itu tidak punya keinginan untuk jadi presiden. Jadi, kalau menurut saya, omongan Ruhut itu sampah dan saya menanggapi dia itu seperti pelawak saja," ujar Mahfud ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/5/2011) malam.

Mahfud menambahkan, dirinya membeberkan kasus pemberian uang Nazaruddin berdasarkan permintaan SBY sendiri. Ketika itu, ungkap Mahfud, dirinya sebelumnya diminta kepastian mengenai kebenaran kasus pemberian uang tersebut oleh SBY saat rapat tertutup di Istana Presiden, Jumat lalu.

"Ruhut saja yang ngaco. Padahal, saat itu, Pak SBY sendiri yang tegaskan kepada saya, jika kasus ini benar, jangan sampai ditutupi dari masyarakat. Atas dasar itulah, saya akhirnya mengumumkan kasus pemberian uang itu walaupun jujur saya juga tidak mengerti apa motif dari pemberian uang itu," ungkap Mahfud.

Mengenai pernyataan Ruhut yang menyebutkan Ketua Umum Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Yenny Wahid mengusung Mahfud untuk menjadi calon presiden, Mahfud menanggapinya dengan dingin. Menurut Mahfud, selama ini dirinya sering diminta oleh beberapa partai politik dalam hal yang sama.

"Banyak yang datang ke saya untuk mencalonkan saya sebagai presiden. Dan sudah banyak juga kan di internet-internat, dan saya menanggapi itu sebagai hal yang biasa saja. Dan yang pasti hal itu kan tidak bisa dianggap sebagai gerakan politik toh. Makanya saya mah hanya ketawa saja kalau dia berkata seperti itu," kata Mahfud.

Seperti diberitakan, Jumat (20/5/2011) kemarin Mahfud MD mendatangi Presiden SBY untuk memberitahukan bahwa Bendahara Umum DPP Partai Demokrat M Nazaruddin ternyata pernah memberikan uang sebesar 120.000 dollar AS kepada Sekjen MK  Djanedri M Gaffar. Belum diketahui apa motif pemberian uang tersebut.

Menanggapi hal itu, pagi tadi Ruhut mengatakan, Mahfud MD hanya mencari sensasi untuk mencalonkan diri menjadi presiden RI 2014. Pasalnya, Ruhut yang juga anggota Komisi III DPR mengaku sudah bertanya kepada Nazaruddin soal pemberian uang tersebut dan Nazaruddin mengaku tidak kenal dengan Sekjen MK.

"Tapi, setahu saya, kalau seorang sahabat itu pasti kenal, sedangkan saya menanyakan kepada Bung Nazaruddin, dia bilang, 'Demi Allah, Bang, aku pun ga kenal siapa itu Sekjen itu', sampai tiga kali ke saya. Nah, jadi ya, Pak Mahfud, kalau mau jadi presiden 2014, cari forum lain deh," kata Ruhut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

    Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

    Nasional
    Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

    Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

    Nasional
    PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

    PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

    Nasional
    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Nasional
    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Nasional
    Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

    Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

    Nasional
    Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

    Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Nasional
    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Nasional
    Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Nasional
    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com