JAKARTA, KOMPAS.com — Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, mengatakan, negara dalam keadaan bingung dan limbung menghadapi berbagai aksi kekerasan yang terjadi. Akibatnya, menurut dia, apa yang selama ini selalu disuarakan pemerintah mengenai "zero tolerance" kekerasan tidak terwujud. Seharusnya, keinginan ini direalisasikan dan tidak berhenti di tataran wacana.
"Zero tolerance ini diungkapkan berkali-kali, tapi juga dilanggar berkali-kali, kita diambang ketidakpastian karena negara bingung dan limbung menghadapi beragam kekerasan," ujar Anies, Rabu (9/2/2011), di Jakarta.
Tak memberikan toleransi untuk beragam tindak kekerasan, tambah Anies, jangan hanya disampaikan oleh Presiden lewat media massa saja, tapi harus berupa perintah tegas untuk aparat-aparat penegak hukum.
"Zero tolerance jangan hanya disampaikan untuk statement di media televisi saja, harusnya katakan itu sebagai perintah kepada aparatur negara untuk menegakkan zero tolerance pada kekerasan apa pun," tegasnya.
Hal ini disuarakannya menyusul keprihatinan atas terjadinya dua rangkaian aksi kekerasan pekan ini. Minggu lalu, sekelompok massa melakukan penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Berselang dua hari, aksi perusakan terhadap tiga gereja terjadi di Temanggung, Jawa Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.