Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Sumartini Divonis Dua Tahun

Kompas.com - 06/10/2010, 19:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Terdakwa Ajun Komisaris Sri Sumartini alias Tini divonis dua tahun penjara oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (6/10/2010). Majelis hakim menilai Tini terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi.

Selain itu, hakim juga menghukum Tini membayar denda sebesar Rp 50 juta. "Apabila denda tidak dibayar, diganti penjara selama satu bulan," ucap Ahmad Shalihin, ketua majelis hakim, saat membacakan vonis sekitar pukul 18.35. Ikut mendampingi dua anggota hakim, yakni Artha Theresia dan Haswandi.

Putusan itu sama dengan tuntutan jaksa penuntut umum (JPU). Tini dikenakan Pasal 11 UU Nomor 31/1999 tentang Tipikor jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara.

Selama mendengarkan putusan selama sekitar 100 menit, Tini lebih banyak tertunduk sambil memegang tasbih. Sesekali ia menghela napas panjang.

Majelis hakim menilai, Tini terbukti menerima suap berkali-kali selama mengangani kasus korupsi, pencucian uang, dan penggelapan yang menjerat Gayus tahun 2009. Pertama, Tini terbukti menerima uang Rp 1,5 juta dari Roberto Santonius. Uang itu bagian dari Rp 5 juta pemberian Roberto. Sisa uang dibagi ke Arafat dan AKBP Mardiyani.

Kedua, Tini terbukti menerima Rp 10 juta dalam dua tahap dari Arafat. Uang itu diberi Arafat setelah menerima uang 45.000 dollar AS dari Haposan. Ketiga, Tini menerima uang Rp 1,5 juta dari Haposan.

Terakhir, Tini terbukti menerima dua sampai tiga lembar uang pecahan 100 dollar AS dari Arafat. Uang itu diberi Arafat setelah menerima uang dari Haposan senilai 6.000 dollar AS dalam dua tahap. Dalam putusan, hakim menilai Tini tidak terbukti menerima uang 7.000 dollar AS dari Arafat seperti yang tercantum dalam dakwaan JPU.

Menurut hakim, hal yang memberatkan terdakwa yakni perbuatannya tidak mendukung program pemerintah dalam memberantas korupsi. Sedangkan hal yang meringankan, kata Artha, "Terdakwa berlaku sopan, terdakwa belum pernah dihukum, terdakwa memiliki keluarga yang perlu kasih sayang."

Sebelumnya, atasan Tini yakni Arafat divonis majelis hakim dengan hukuman lima tahun penjara dan denda sebesar Rp 150 juta subsider empat bulan penjara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Nasional
    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Nasional
    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Nasional
    Ganjar Bubarkan TPN

    Ganjar Bubarkan TPN

    Nasional
    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    Nasional
    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    Nasional
    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Nasional
    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Nasional
    Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Nasional
    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Nasional
    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Nasional
    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com