Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Ibu Kota Bukan Jakarta, Kenapa?

Kompas.com - 04/08/2010, 14:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wacana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke kota lainnya tak perlu menimbulkan kecemasan. Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI Sonny Harry B Harmadi mengatakan, semua kota bisa menjadi ibu kota negara.

Menurutnya, tidak ada syarat baku untuk menetapkan sebuah kota sebagai ibu kota. "Kalau ibu kota Indonesia bukan Jakarta, memangnya kenapa? Semua bisa jadi ibu kota negara. Tidak ada teori yang menyebutkan syarat ibu kota," kata Sonny, dalam diskusi "Urgensi Pemindahan Pusat Pemerintahan ke Kota Selain Jakarta", Rabu (4/8/2010) di Gedung DPD, Jakarta.

Jakarta, dalam analisis Sonny, sudah menyimpan permasalahan yang sangat kompleks. Daya dukung lingkungan dan jumlah penduduk dinilai tak lagi memadai untuk memperbaiki infrastruktur yang ada di kota metropolitan ini.

"Jakarta sudah sangat kompleks masalahnya. Sekarang, mau membangun jalan layang menumpuk-numpuk, monorel, dan lain-lain, mampukah menyelesaikan masalah Jakarta? Daya saing kota ini sudah hancur," ujarnya.

Salah satu persoalan besar Jakarta adalah pertumbuhan penduduknya yang sangat pesat. Pada tahun 2009, jumlah penduduk di kota ini diproyeksi sekitar 8,9 juta, sedangkan daerah sekitarnya, yaitu Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi, mencapai 16,5 juta jiwa. Dengan demikian, jumlah penduduk Jabodetabek sekitar 25,4 juta jiwa.

Pesatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan tingginya arus komuter dari pinggiran ke Jakarta. Jika ditilik dari sisi ekonomi, Sonny mengatakan, pemindahan ibu kota akan mendatangkan benefit yang besar meskipun biaya pemindahan juga akan memakan dana yang cukup besar.

Sonny menganalogikan dengan kerugian yang diderita negara akibat terbuangnya waktu karena didera kemacetan. "Pada tahun 2008, kami menghitung bahwa sekitar Rp 9,34 miliar manfaat yang diperoleh dari penghematan waktu setiap menitnya dari seluruh perjalanan yang ada di Jakarta," kata pengajar Ekonomi Perkotaan Fakultas Ekonomi UI ini.

Pemindahan ibu kota juga dinilai akan mendatangkan manfaat secara sosial, di antaranya, dapat menjadi momentum untuk mendorong persebaran penduduk dan manfaat pembangunan yang lebih merata.

Selain itu, menurut Sonny, bisa meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa serta memperbaiki iklim investasi nasional. "Pemindahan ibu kota juga bisa mengurangi risiko bagi Indonesia secara keseluruhan karena menumpuknya aktivitas di Jakarta," ujar Sonny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

     Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

    Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

    Nasional
    Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

    Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

    Nasional
    RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

    RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

    Nasional
     Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

    Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

    Nasional
    Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

    Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

    Nasional
    Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

    Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

    Nasional
    Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

    Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

    Nasional
    Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

    Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

    Nasional
    Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

    Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

    Nasional
    Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

    Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

    Nasional
    Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

    Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

    Nasional
    Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

    Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

    Nasional
    Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

    Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

    Nasional
    Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

    Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

    Nasional
    PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

    PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com