Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Kupu-kupu Bersayap Ungu

Kompas.com - 31/07/2010, 05:48 WIB

Cerpen Deni oktora

“Kakek, bisa ceritakan aku tentang patah hati?” “Mengapa?” “Karena aku belum tau rasanya patah hati. Sementara banyak dari mereka yang mengakui sudah pernah patah hati.” “Itu karena kamu belum dewasa, mungkin kelak bila sudah dewasa kamu akan memahaminya.” “Tapi terlalu lama bila aku harus menunggu sampai dewasa, bisa kakek ceritakan sekarang?” “Baiklah, Kakek akan menceritakan seorang pria yang sedang patah hati.” “Siapa nama pria itu kek?” “Audy” “Lantas siapa yang membuat hatinya patah.” “Seorang gadis yang amat dicintai tentunya.” ** Audy kecil selalu terpikat dengan kupu-kupu yang memiliki sayap keunguan. Di matanya kupu-kupu dengan sayap berwarna ungu memiliki keindahan tersendiri bagi kedua bola matanya yang bulat. Setiap pulang sekolah tak pelak ia selalu menyempatkan diri untuk pergi ke sebuah taman kecil di belakang sekolah. Mencari kupu-kupu bersayap keunguan. Mengamatinya beterbangan mengelilingi bunga-bunga. Dan ketika mereka terbang mengepakkan sayapnya nan keunguan itu lantas audy terperanjat dengan riang seraya berkata Kupu-kupu cantik bawa aku terbang dari sini.

Ketika beranjak dewasa Audy menemukan kupu-kupu itu kembali di sekolahnya. Kupu-kupu itu masih sama dengan seperti yang dulu. Masih cantik. Menawan. Elok. Dan memiliki warna keunguan yang mampu membuat kedua bola matanya mengembang saat dilihat terbang melintas di hadapannya. Kupu-kupu itu kini berwujud sesosok gadis peranakan tionghoa. Namanya Nik-nok. Terdengar aneh mungkin di daun telinga. Tapi percayalah kalau kecantikan gadis itu hampir menyamai kupu-kupu bersayap ungu yang dahulu kerap dijumpainya di taman mungil dekat belakang halaman sekolah.

Bila kupu-kupu yang kerap ia jumpai di taman memiliki keindahan sayap berwarna keunguan layaknya bunga lembayung, maka Nik-nok memiliki keindahan kardigan yang sewarna semburat cahaya senja nan keunguan. Setiap hari Audy mengamati gerak-gerik Nik-nok di sekolah. Di dalam kelas, Audy mengamati wajah Nik-nok dari ujung meja paling belakang sembari senyam-senyum sendiri mirip orang imbisil. di dalam perpustakaan Audy mencoba mengintip wajah Nik-nok dari balik kamus oxford atau buku seri ensiklopedia.

Ia sengaja memilih kedua buku itu karena ukurannya yang besar dan lebar yang dirasa cukup untuk menyembunyikan wajah dungunya. Pun di dalam kantin Audy selalu sengaja memesan Mie ayam mang dayat karena ia tahu kalau Nik-nok suka memesan mie ayam buatan mang dayat dan makan bersama kedua teman-temannya. Biasanya setelah memesan ia masih saja sengaja memilih kursi yang letaknya agak jauh dari Nik-nok (Kadang di belakang). sembari menyeruput Mie Ayam, Audy (lagi-lagi) hanya bisa senyam-senyum sendiri menatap punggung Nik-nok yang terbalut kardigan ungu. Jauh di dalam hatinya Ingin rasanya ia berbisik lembut di daun telinga Nik-nok, Kupu-kupu cantik bawa aku terbang dari sini.

Tujuh hari lagi menuju valentine. Audy terkesiap. Ia sadar kalau tanggal 14 pada bulan Februari di sekolah akan menjadi hari ungkapan kasih sayang bagi setiap kaum pria kepada wanita yang disukai. Entah apakah wanita itu teman sekelas, lain kelas, adik kelas, atau kakak kelas. yang pasti pengungkapan rasa kasih sayang di hari valentine akan meninggalkan makna yang mendalam bagi romantika hubungan percintaan di kalangan para murid. Ditambah sebuah mitos di kalangan sekolah yang meyakini bahwa setiap Pria yang mengungkapkan perasaannya pada wanita yang disukainya tepat pada hari valentine tiba maka niscaya wanita itu akan menjadi cinta sejatinya kelak.

Pak Sitok menjadi buktinya. 12 tahun lalu saat ia menjadi siswa di sekolah ini pernah mengungkapkan isi hatinya dengan cara membaca sajak cinta menye-menye karangannya sendiri saat jam istirahat di kelas dimana wanita itu berada. Wanita itu bernama Dian Ningsih. Dan Kini keduanya telah memiliki dua orang anak lelaki kembar siam yang lucu-lucu, keduanya duduk di bangku TK di sekolah ini jua. Kini keduanya sama-sama mendedikasikan hidupnya untuk mengajar di sekolah ini. Hanya saja Bu Dian Ningsih mengajar Bahasa Indonesia, sementara pak Sitok mengajar Sejarah.

Namun Audy masih setengah hati untuk meyakini kebenaran mitos ini. Karena ia ingat betul nasib sahabatnya bernama Deni. Pria itu, cintanya pernah di tolak tepat di hari valentine oleh gadis berparas manis yang senyumnya serupa untaian kalung permata. Semenjak  itu Audy kerap melihat Deni menceracau sendirian di dalam kelas sembari menangis sesegukan. Kadang ia mendapati Deni membaca sajak khalil gibran—yang kesemuanya bertemakan patah hati—dengan lantang di perpustakaan. Di toilet. Bahkan di pelataran parkir motor. Barangkali ia sudah gila. Batin Audy. Tentu Audy tidak ingin berakhir seperti nasib sahabatnya itu.

Di hari valentine, Audy berencana untuk mengungkapkan isi hatinya kepada gadis peranakan tionghoa tersebut. Namun ia tidak akan membeli cokelat atau kartu valentine saat pengungkapan nanti di sekolah. Ia tidak ingin melakukan hal-hal klise seperti para pria kebanyakan lakukan. Maka yang dilakukannya adalah setiap sore menyempatkan diri untuk pergi ke taman mungil yang berada di belakang sekolahnya dahulu saat ia menjejak SD.

Di situ ia mencoba menangkap aneka kupu-kupu bersayap keunguan dengan jaring. setiap hari ia mendapati satu kupu-kupu dengan sayap yang tersaput warna ungu. Ia mengumpulkan total sebanyak tujuh buah kupu-kupu yang kesemuanya di awetkan dan di taruh satu persatu dalam satu barisan untuk kemudian di letakkan dalam bingkai kaca.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com