Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luthfi: PKS sejak Dulu Nasionalis

Kompas.com - 22/06/2010, 17:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq menegaskan bahwa sejak dulu PKS adalah partai nasionalis meskipun menggunakan Islam sebagai asas partai.

Dalam siaran pers DPP PKS yang diterima Antara di Jakarta, Selasa (22/6/2010), Luthfi mengatakan, nasionalisme adalah bagian dari Islam sehingga kalau PKS menggunakan asas Islam sebagai identitas partai, bukan berarti tidak nasionalis.

Menurut Presiden PKS yang baru dikukuhkan dalam munas kedua yang berakhir Minggu (20/6/2010), PKS tidak pernah mendikotomikan antara Islam dan nasionalis.

Dia mengatakan, orang Islam otomatis juga nasionalis karena cinta Tanah Air dan cinta bangsa adalah bagian dari ajaran Islam. Demikian juga, lanjut Luthfi, mereka yang mengaku nasionalis, terutama pemeluk Islam, bukan berarti mereka tidak Islami.

Karena itu, kata anggota Komisi I DPR RI itu, kalaupun ada yang berpendapat sekarang PKS bergeser menjadi partai nasionalis religius, hal itu bukan berarti mengubah jati diri PKS.

"Ini hanyalah penegasan sikap bahwa sejak dulu nasionalisme itu ada di PKS karena nasionalisme ada dalam ajaran Islam," ujarnya.

Luthfi berpendapat, bukan saatnya lagi memperdebatkan atau mendikotomikan antara Islam dan nasionalis. Bagi PKS, katanya, hal itu sudah selesai. "Masih banyak persoalan besar kebangsaan yang harus menjadi perhatian ketimbang mempermasalahkan soal Islam dan nasionalisme," katanya.

Luthfi mencontohkan soal pemberantasan korupsi, angka kemiskinan, pengangguran yang masih tinggi, dan pembangunan karakter bangsa, adalah sejumlah hal yang harus menjadi fokus perhatian berbagai komponen bangsa.

Tiga besar Tentang target tiga besar yang dicanangkan dalam munas kedua PKS, Luthfi mengemukakan, banyak yang menganggap itu hanyalah mimpi.

"Tidak apa-apa itu dianggap mimpi, kenyataannya itu memang mimpi PKS. Apa yang diraih PKS sekarang juga merupakan wujud dari mimpi beberapa waktu lalu," katanya.

Yang penting, kata dia, bagaimana mimpi itu kemudian diterjemahkan dalam program dan kerja-kerja nyata di lapangan. "Dengan itu insya Allah mimpi menjadi tiga besar bisa terwujud," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com