Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susno Tak Tahu-menahu Pemanggilan "Kompas" dan "Sindo"

Kompas.com - 26/02/2010, 17:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Masih ingat dengan peristiwa pemanggilan dua pimpinan redaksi surat kabar nasional oleh penyidik Bareskrim Mabes Polri terkait kasus pimpinan KPK Bibit S Rianto dan Chandra M Hamzah? Pemanggilan pasca-diperdengarkannya rekaman sadapan milik KPK di Mahkamah Konstitusi itu sempat dikecam oleh kalangan jurnalis karena dianggap mengkriminalisasi pers.

Susno yang saat itu masih menjabat sebagai Kabareskrim Polri mendapat sorotan karena pemanggilan surat kabar Kompas dan Seputar Indonesia itu. Namun, Susno membantah bahwa ia ada di balik pemanggilan tersebut.

Saat Susno berbincang-bincang dengan wartawan di Jakarta, Jumat (26/2/2010), ia mengaku tidak mengetahui apa pun mengenai pemanggilan itu. Dia baru mengetahui pemanggilan setelah melihat berita di televisi. Ia mengetahui siapa yang memerintahkan, tetapi menyayangkan sikap pejabat Polri tersebut setelah terjadi polemik.

"Di mana kesatriamu? Di mana kejantananmu? Harusnya balik kanan, (bilang) saya yang memanggil, memerintahkan untuk memintai keterangan. Kan jelas perkaranya. Lah ini pada lari," tegas dia.

Pejabat itu, kata Susno, kemudian dianggap pahlawan. "Hari itu juga jadi pahlawan, menyampaikan pada wartawan, menelepon wartawan tidak perlu hadir. Mereka yang berbuat, mereka yang melarang, mereka yang meniadakan," lontar Susno.

Seperti diberitakan, saat pemanggilan itu puluhan wartawan melakukan aksi demo di depan Gedung Mabes Polri. Kepala Divisi Humas Mabes Polri saat itu, Komjen Nanan Soekarna (saat ini Irwasum), menyampaikan kepada wartawan yang melakukan demo bahwa pemanggilan dijadwalkan ulang karena ada kesalahan persepsi antara Polri dan media.

Perwakilan Kompas dan Sindo saat itu mengaku telah dihubungi Kadiv Humas bahwa penyidik batal meminta keterangan media. Namun, akhirnya mereka tetap dimintai keterangan saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com