Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Penjualan Organ Masih Perlu Ditelusuri

Kompas.com - 20/01/2010, 06:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penculikan bayi di fasilitas kesehatan dan kasus anak hilang kerap diikuti isu yang mengaitkan penculikan dengan dugaan perdagangan organ tubuh, seperti ginjal, kornea mata, hati, dan jantung. Isu seperti itu masih perlu ditelusuri lagi kebenarannya.

Kasus penculikan anak di rumah sakit akhir-akhir ini menjadi sorotan lagi. Kasus terbaru terjadi di Puskesmas Kembangan, Jakarta. Diduga ada sindikat internasional yang mengincar organ untuk diperdagangkan. Rumah persalinan diduga menjadi lokasi baru penculikan anak.

Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengungkapkan, seorang bocah Indonesia diketahui saat ini berada di Tokyo, Jepang. Dia kehilangan satu ginjal dan memiliki luka bedah di pinggang. Bocah perempuan itu sekarang dirawat keluarga Indonesia di Tokyo (Kompas, 13/1).

Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia Marius Widjajarta, Selasa (19/1/2010), mengatakan, dugaan organ diambil dari anak-anak yang diculik masih perlu penelusuran fakta dan penyelidikan lebih lanjut. Dia belum pernah menerima laporan sejenis. Namun, terbuka kemungkinan terjadi hal demikian secara ilegal. Terlebih lagi di tengah tidak tegasnya penegakan aturan dan sulitnya pengawasan.

Yayasannya pernah sekali menangani kasus dugaan pencurian ginjal remaja berusia 17 tahun sekitar lima tahun lalu. Anak itu mengalami kecelakaan lalu lintas di Jakarta. Saat kondisinya kritis, dia dibawa ke salah satu rumah sakit cukup besar dan dioperasi.

”Keluarga yang mencari anak itu menemukan anak itu sudah di ruang perawatan intensif (ICU) dengan ginjal tersisa satu,” ujarnya. Pihak rumah sakit dan dokter mengatakan, ginjal diambil karena mengalami ruptur atau pecah. Orangtua kemudian menuntut ginjal yang rusak itu diperlihatkan, tetapi pihak rumah sakit tidak bisa memenuhi.

Pihak rumah sakit mengakui dokter lalai karena tidak menunjukkan ginjal yang diambil pascaoperasi. Kasus tersebut, menurut Marius, berlanjut ke pengadilan dan keluarga menuntut rumah sakit Rp 6 miliar.

Marius mengatakan, soal jual-beli dan cangkok organ sudah jadi perbincangan lama. Menurut dia, pemerintah harus tegas menegakkan aturan pencangkokan organ, larangan jual-beli organ, serta kejelasan asal-usul organ yang dicangkokkan. Ketidaktegasan dan lemahnya pengawasan membuka celah bagi oknum untuk menangguk keuntungan.

Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, mengatakan, isu yang berkembang tentang kemungkinan penjualan organ tubuh dari kasus-kasus penculikan atau anak hilang itu perlu ditelusuri lebih lanjut karena hal itu membuat orangtua khawatir.

Terkait kasus penculikan bayi di rumah sakit dan puskesmas, Tulus mengatakan, rumah sakit harus bertanggung jawab secara institusional. YLKI tidak pernah menerima laporan soal penculikan anak. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com