Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Rangkap Jabatan, Bisa Ya atau Tidak

Kompas.com - 22/10/2009, 22:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa yang kini menjadi Menko Perekonomian menyatakan, hingga kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak melarang terjadinya perangkapan jabatan antara menteri dengan jabatan politis. Bagi Presiden Yudhoyono, yang penting parangkapan jabatan itu bisa membedakan kepentingan tugas kenegaraan dengan tugas sebagai anggota partai politik.

"Presiden tidak melarang. Tadi (dalam pidato sambutan pelantikan) juga disampaikan oleh Presiden bahwa yang paling penting adalah yang bersangkutan tahu di mana loyalitasnya, dengan tempat di mana ia harus berkonsentrasi bekerja penuh untuk kepentingan bangsa dan negara selama menjabat dan tugas sebagai menteri, juga sebagai anggota partai politik," tandas Hatta, saat dimintai komentarnya seusai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (22/10).

Sementara, menurut Menteri Sekretaris Negara, yang pernah menjadi Sekretaris Kabinet, Sudi Silalahi, mengatakan perihal perangkapan jabatan, Presiden Yudhoyono masih terus melihat dan mengevaluasi laporan tiap departemen yang dipimpin menteri-menteri dari partai politik. "Kita masih melihat dan kita masih mengevaluasi. Sekarang masih berjalan evaluasi dari departemen-departemen itu," ujar Sudi.

Namun, sikap pengurus maupun Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat partai politik yang saat ini merangkap sebagai menteri Kabinet Indonesia Bersatu II juga berbeda-beda.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh yang merangkap juga Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan DPP Partai Demokrat mengakui partainya memiliki aturan tidak tertulis yang disepakati bersama tentang hal tersebut. "Kita akan mengacu pada aturan yang dimaksud, yaitu harus melepas. Aturan itu memang tidak tertulis," tandas Darwin.

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga Menteri Negara Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, lebih tegas lagi mengatakan agar tidak terjadi perbenturan kepentingan, partai mewajibkan pelepasan rangkap jabatan pengurus partai dengan jabatan publik.

"Yurisprudensi partai kami, jika ada pengurus partai yang menjadi pejabat publik, maka jabatan itu harus dilepas dari struktur partai. Dengan demikian, orang seperti saya, Anis Matta yang kini menjadi Wakil Ketua DPR, Suharna Surapranata yang sekarang menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi, serta Suswono yang menjadi Menteri Pertanian, harus mengundurkan diri," jelas Tifatul.

Tentang belum adanya arahan dari Presiden Yudhoyono soal perangkapan jabatan, Tifatul menyatakan, meski tidak ada arahan dari Presiden Yudhoyono, itu ketentuan di PKS yang harus diikuti. "Seharusnya begitu, supaya benar-benar tidak ada perbenturan kepentingan," katanya.

Jalan terus

Akan tetapi, menurut Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar yang merangkap sebagai Ketua DPP Partai Amanant Nasional (PAN) mengatakan sebaliknya. Selama tidak ada larangan, kita akan tetap menjalankan perangkapan jabatan itu. "Akan tetapi, yang jelas kita akan mengutamakan kepentingan bangsa," ujarnya.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga merangkap Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar. "Saya jalan terus, hanya pendelegasian tugas saja yang harus diatur. Ketua Umum tetap dijalankan. Jadi, boleh saja sampai Muktamar PKB pada tahun 2013 mendatang," jelas Muhaimin.

Pendapat yang sama juga diutarakan Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali. "Betul, hingga kini saya masih merangkap. Saya jadi Ketua Umum DPP PPP kan, setelah menjadi menteri. Jadi, bukan jadi Ketua Umum DPP PPP dulu lalu baru menteri," katanya.

Menurut Suryadharma Ali, hingga kini, Presiden Yudhoyono tidak mempersoalkan perangkapan jabatannya di PPP. "Waktu itu, tidak ada persoalan. Sekarang juga tidak ada," tambah Suryadharma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com