Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keindahan Persaudaraan Dalam Dunia Islam di Tokyo

Kompas.com - 22/09/2009, 15:21 WIB

TOKYO, KOMPAS.com - Islam itu indah. Kalau mau melihat keindahan tersebut, datanglah ke Masjid Camii pada bulan suci Ramadhan! Gambaran keliru tentang Islam yang sering dikaitkan dengan kekerasan akan sirna karena melihat muslim berbagai bangsa saling berbagi satu sama lain saat berbuka puasa di masjid tersebut, ujar Eri Amano (30) warga Jepang yang beragama nonmuslim.  

Menurut Eri, meskipun dirinya tidak beragama Islam, tetapi dia selalu berusaha meyakinkan banyak orang di Tokyo bahwa gambaran tentang Islam di televisi terkadang tidak benar seratus persen. Muslim yang berasal dari berbagai negara, termasuk di negara Islam di Timur Tengah sangat mencintai kedamaian dan ramah terhadap warga negara asing karena memang diajarkan untuk saling berbagi.  

Apa yang diutarakan Eri memang bisa dibuktikan di Masjid Camii yang berada di atas Pusat Kebudayaan Turki di kawasan Shibuyaku, Tokyo, Jepang pada bulan puasa. Sejumlah warga negara asing yang kebetulan hidup merantau di Tokyo memilih menghabiskan waktu di masjid tersebut menjelang buka puasa.

Mereka memilih duduk bersama-sama dan berbagi makanan untuk berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan di masjid yang dikenal oleh warga asal Indonesia sebagai masjid Jami Tokyo.  

Bahkan pada akhir pekan di bulan Ramadhan, jumlah jemaah yang datang berbuka puasa di Masjid Camii bisa melebihi 100 orang jemaah yang selalu dengan ramah saling menyapa, dan berbagi senyum dan juga makanan. Mereka bahkan datang secara khusus dengan berbagai macam pakaian, kadang disesuaikan dengan kebiasaan negara asal mereka masing-masing.  

Kompas yang datang ke Masjid Camii tanpa membawa bekal untuk berbuka, Rabu pekan lalu, langsung mendapat tawaran satu buah pisang dan segelas jus apel dari seorang warga Pakistan. Tidak perlu basa-basi terlebih dahulu untuk memperkenalkan diri, karena bulan Ramadhan menciptakan atsmosfir kebersamaan bagi kalangan muslim di rantau. Semua muslim yang membawa makanan, menawarkan kepada jemaah yang lain di masjid tersebut.  

Tak terbayangkan, jika tak ada jemaah yang sengaja membawa makanan berlebih maka bisa dipastikan jemaah yang tak membawa makanan terpaksa harus mengisi perutnya dengan buah kurma tanpa minum setetes air. Sebab kebiasaan di Masjid Camii, pengurus masjid tidak menyediakan tadjil untuk berbuka puasa seperti masjid-masjid di Indonesia.  

Satu per satu muslim berdatangan hingga adzan magrib dikumandangkan. Tak lama setelah Kompas bergabung dengan warga Pakistan, Muhammad mahasiswa salah satu universitas di Tokyo asal Maroko langsung bergabung dengan kelompok kami.  

Muhammad mengaku, dirinya tak sempat membawa bekal berbuka puasa karena buru-buru ke masjid setelah belajar di Kampus. Muhammad mengaku selama Ramadhan dia selalu ke Masjid Camii karena membayangkan bisa berbuka dengan keluarga di negara asalnya. Muslim yang ada di Tokyo dia anggap sebagai saudara-saudaranya, meskipun tidak ada ikatan darah sama sekali.  

Akhirnya, acara santap buka puasa dengan menu sangat sederhana di teras Masjid Camii selepas shalat Magrib menjadi makan malam besar karena tamunya dari berbagai bangsa. Bahkan, termasuk muslim dari Australia dan seorang muslim warga negara Jepang yang sangat pendiam juga ikut bergabung dengan kami.  

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com