Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keindahan Persaudaraan Dalam Dunia Islam di Tokyo

Kompas.com - 22/09/2009, 15:21 WIB

Sambil menyantap hidangan, satu sama lainnya melontarkan pertanyaan yang tentu tidak jauh dari asal negara? Tujuan berada di Tokyo? Bekerja di mana? Dan pertanyaan penting lainnya adalah sudah berapa lama di Tokyo?

Setelah perkenalan cair, barulah tukar menukar informasi mengenai kebudayaan dan kehidupan muslim di negara masing-masing. Terutama informasi mengenai kebiasaan atau tradisi berbuka puasa di negara asal.  

Hasan dari Pakistan yang sudah belasan tahun tinggal di Tokyo, mengaku keluarga muslim di negaranya selalu menikmati waktu-waktu berbuka puasa dengan sangat nikmat. Setiap keluarga selalu memastikan berkumpul bersama-sama di meja untuk menyantap buka puasa. Oleh karena itu, Masjid Camii selalu menjadi tempat favorit untuk merusak puasa.  

Tetapi yang lebih penting, tak satu pun di antara kami yang harus mencemaskan bagaimana membatalkan puasa karena selalu ada saja muslim yang sangat ramah membagikan makanan berbukanya. Meskipun makan yang mereka bawa, tidak terlalu banyak untuk dimakan ramai-ramai.  

Seperti kata Eri yang sehari-hari bekerja sebagai salesman dari sebuah produsen peralatan rumah tangga tersebut, kehidupan masyarakat Muslim sangat indah karena mereka sangat terbuka kepada siapa saja. Termasuk kepada orang asing yang berbeda sama sekali. Bahkan, seandainya yang datang ke Masjid Camii bukan dari kalangan muslim.  

Dibangun imigran Turki  

Masjid Camii dibangun pada tahun 1938 beberapa tahun setelah terbentuknya komunitas Turki di Tokyo. Mereka yang datang ke Tokyo adalah kelompok Kazan Turki yang memilih migrasi ke Tokyo dan membangun komunitas yang disebut dengan Mahalle-I Islamiye (Islamic District) yang dipimpin Abdulhay Kurban Ali dan Abdurresid Ibrahim.  

Namun masjid Camii mengalami kehancuran pada tahun 1986 karena termakan usia setelah sekian lama digunakan. Kemudian atas donasi Tokyo Turkish Assosiation kepada Republik Tokyo, Masjid Cami dibangun kembali menjadi bangunan yang seratus persen baru. New Tokyo Camii Foundation yang memulai pembangunan pada tahun 1998 dan selesai dalam dua tahun pada tahun 2000.  

Arsitek dari Masjid Camii adalah Muharrem Hilmi Senalp, namun proyek dilaksanakan kontraktor lokal Kajima Corporation dengan dibawah koordinasi oleh Sumio Ito dan Akira Wakabayashi untuk urusan Jepang dan Sami Goren Dan Selim Y untuk urusan Turki. Proyek ini benar-benar melibatkan ahli dari dua bangsa dengan dua keyakinan berbeda, yakni pimpinan proyek di lapangan adalah Tsuruki Furukawa dan asistennya Teiji Omata, serta Mustafa Iskender dari Turki.  

Masjid Camii juga menjadi pusat dan jantung dari peradaban Islam di Tokyo. Masjid ini menjadi Pusat Kebudayaan Turki dengan bentuk bangunan beraga arsitektur gaya Ottoman-Turki. Sekilas dari luar, masjid ini seperti blue mosque di Istambul Turki dengan beberapa kubah berwarna biru dengan letak bersusun, dan terbesar berada pada posisi paling atas.  

Meskipun masjid ini sangat indah dan layak dikunjungi, namun tak semua wisatawan tertarik untuk mengunjungi tempat ibadah yang berada dekat stasiun Yoyogi-Uehara, Tokyo. Namun kalau kebetulan berada di bulan suci Ramadhan atau pada hari Jumat di Tokyo, tak ada salahnya mengunjungi masjid ini karena dipastikan akan merasakan keunikan sepenggal kehidupan muslim di negara sakura.  

Setidaknya akan merasakan pengalaman melakukan ibadah dipimpin imam masjid yang berasal dari Turki atau pada hari Jumat bisa mendengar ceramah dalam tiga bahasa, Turki, Jepang, dan Inggris. Namun yang tak kalah pentingnya, bisa merasakan bagaimana keramahtamahan dalam persaudaraan Islam dari berbagai bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com