Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Sukses Mendadak "Panas"

Kompas.com - 27/05/2009, 15:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak hanya para kandidat capres yang mulai melancarkan strategi saling serang. Para anggota yang tergabung di tim suksesnya pun ikut-ikutan latah saling menyerang. Hal itu terjadi pada diskusi "Mengungkap Strategi Tim Sukses Capres" di Gedung DPD, Jakarta, Rabu (27/5).

Saling serang terjadi antara Ruhut Sitompul (tim sukses SBY-Boediono), Fuad Bawazier (tim sukses JK-Wiranto), dan Permadi (tim sukses Mega-Prabowo). Ruhut tampak mulai terpancing saat Fuad dan Permadi menyinggung tentang paham neoliberalisme yang ditabalkan kental dianut Boediono.

"Sudahlah, jangan latah bicara neolib. Pak SBY memilih Boediono karena fokus menangani krisis global. Jangan saudagar, ibu rumah tangga yang hanya tahu harga cabe tiba-tiba bicara ekonomi kerakyatan," lontar Ruhut, menyindir Mega dan Kalla.

Merasa jagoannya disindir, Permadi membalasnya dengan balik menyinggung klaim-klaim yang dilakukan SBY atas keberhasilan pemerintah. "Pak Prabowo itu sebelum membikin partai sudah ngomong ekonomi kerakyatan. Kalau jadi capres yang berbuat untuk rakyat jangan hanya klaim berhasil ini itu," balasnya.

Sementara, Fuad Bawazier, yang pernah menjadi Menteri Keuangan, turut pula membeberkan ciri neoliberalisme yang diadopsi pemerintah. "Sudahlah, tidak usah mengelak kalau memang neolib. Orang kalau sudah terpojok akan kalap. Apa susahnya mengaku salah, ya saya berdosa karena neolib. Kan selesai," kata fungsionaris Partai Hanura ini.

Mendapat serangan seperti itu, Ruhut malah membalasnya dengan hal-hal yang bersifat personal, seperti kedekatan Fuad dengan keluarga Cendana hingga perdebatan keluar dari konteks diskusi.

Menanggapi debat kusir para tim sukses, pengamat politik Arbi Sanit, yang juga hadir sebagai pembicara, menilai, pasangan capres salah memilih anggota tim suksesnya. "Semua pasangan salah pilih tim sukses, apa yang mereka bicarakan hanya membodohi rakyat. Apa urusannya dengan rakyat hal-hal yang mereka debatkan tadi?" kata Arbi.

Ia mengatakan, tim sukses seharusnya berbicara tentang program-program yang ditawarkan calon yang diusungnya, serta menjelaskan bagaimana mengimplementasikannya. "Kalau menang presiden kalian, apa yang mau dikerjakan. Jangan hanya debat kusir. Saya ketawa dari tadi mendengarnya," sindir pria berkuncir ini.

Saling serang antartim sukses mulai ramai setelah juru bicara tim kampanye SBY-Boediono, Rizal Mallarangeng, menyerang Prabowo dengan mempertanyakan ekonomi kerakyatan yang dinilai tidak linier dengan harta kekayaannya. Serangan ini ditangkis sehari kemudian oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com