Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Surat Suara, KPU Harus Independen

Kompas.com - 12/09/2008, 17:05 WIB

JAKARTA,JUMAT- Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform (CETRO) Hadar Gumay meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menjaga independensinya dalam menentukan format surat suara. Tanpa kewaspadaan, format surat suara yang salah dapat membungkam sistem proporsional terbuka yang diamanatkan Undang-Undang.

Gumay menekankan bahwa poin penting yang menjadi tujuan adalah kebebasan masyarakat untuk memilih calonnya. Jadi format suara suara pun harus membuka ruang untuk memilih calon wakil rakyatnya, bukan dibukakan ruang untuk memilih tanda gambar partai politik yang mencalonkan.

"Menurut kami, yang paling penting adalah surat suara sesuai dengan sistem pemilu. Kalau tidak ada nama partai, sementara ada gambar partai, (sistem) akan menjadi tertutup. Nah, kalau sistem ini dipakai, parpol yang akan tentukan calegnya. KPU saya kira telah diintervensi kalau nanti memilih ini," ujar Gumay di Gedung KPU, Jumat (12/9).

Pasal 143 UU Pemilu mengatur bahwa desain surat suara harus memuat empat unsur seperti nomor urut partai, lambang partai, nomor urut calon, dan nama calon. Sementara itu pasal 176 menyatakan surat suara dinyatakan sah jika pemilih memberikan tanda di kolom nama partai, nomor calon atau nama calon.

"Di sinilah letak permasahannya, rujukan desain pada pasal 143 tidak mengakomodasi keabsahan menurut pasal 176 karena tidak ada kolom nama partai. Oleh karena itu, ruang kesalahan pemilih dalam mencontreng semakin terbuka lebar. Apalagi jika kampanye diarahkan pada penandaan gambar partai," tandas Gumay.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com