JAKARTA, JUMAT — Banyak makna bisa disematkan untuk setiap keringat yang menetes atau membasahi dahi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi tiga makna untuk tetes keringat yang keluar dalam dua kali kesempatan membacakan pidato kenegaraan di depan sidang paripurna DPR dan DPD berturut-turut.
Dalam sidang paripurna di DPR yang digelar pada 15 Agustus 2008, Presiden Yudhoyono secara demonstratif menunjukkan tetesan keringat dan menyekanya dengan sapu tangan di saku celananya. Saat itu, keringat menetes menjelang akhir pidato di mana disampaikan sejumlah capaian dan kebisaannya sebagai Presiden sejak empat tahun terakhir.
Makna atas keringatnya ketika itu seperti diujarkannya adalah kerja keras. Kerja keras dengan keringat yang menetes telah membuahkan hasil capaian yang dipaparkannya, dan disambut para pendukungnya dari Partai Demokrat. "Kalau Presiden berkeringat kan artinya kerja keras," ujar Presiden sambil tersenyum mengusap dahinya yang makin halus.
Upaya demonstratif menunjukkan keringat kembali ditunjukkan Presiden Yudhoyono saat membacakan pidato di depan sidang paripurna Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, Jumat (22/8) siang tadi.
Untuk keringat yang menetes kali ini, Presiden Yudhoyono sambil bergurau memaknainya menjadi dua hal. Pertama, keringat menetes karena ruang rapat panas lantaran DPD mengikuti anjuran untuk berhemat energi. "Seperti telah dilakukan di Istana Kepresidenan yang agak panas karena sedang berhemat," ujar Presiden.
Makna kedua dari keringat yang menetes adalah ungkapan semangat. Lantaran bersemangat, membacakan pidato panjang berpuluh-puluh halaman keringat mengucur.
Upaya demonstratif Presiden Yudhoyono dengan keringatnya kembali memancing tawa dan sedikit mencairkan ketegangan dan kejenuhan mendengar paparan pidato. Untuk keringat yang menetes, Presiden Yudhoyono tampaknya juga sudah memperhitungkan.
Pidato kenegaraan di dua kesempatan itu telah menyita perhatiannya untuk membuat serangkaian persiapan hingga harus bergadang beberapa malam. Sebuah ruangan di Lantai 6 Wisma Negara, Jakarta, menjadi tempat persiapan itu.
Dengan banyak dan lamanya waktu persiapan, dapat dipastikan keringat yang menetes di Gedung DPR dan DPD bukan keringat karena grogi. Lagi pula untuk apa grogi? Bukankah semua anggota DPR dan DPD adalah teman sendiri lantaran hampir semua dari mereka terwakili di Koalisi Pelangi Kabinet?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.