JAKARTA, JUMAT - Sebanyak 30 persen atau 800-an perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia gulung tikar. Perguruan tinggi itu tidak mampu bersaing dengan perguruan tinggi lainnya sehingga calon mahasiswa baru tidak tertarik menimba ilmu di lembaga pendidikan tinggi itu.
"Akibatnya, sekolah swasta yang mengandalkan dana masyarakat tersebut tidak mampu membiayai operasional pendidikan," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Pusat Wayah S Wirot pada Seminar Nasional: Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah dan Masyarakat dalam Meningkatkan Mutu PTS dan Antisipasi Persaingan Global di Hotel Bumikarsa, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (31/7).
Dikatakan, PTS gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan perguruan tinggi lainnya, termasuk PTN. "Sekitar 30-40 persen PTS gulung tikar karena kompetisi, bukan karena kebijakan," ucapnya.
Dikatakan, agar PTS bisa bersaing, maka perguruan tinggi itu harus bisa beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat dan kreatif. Saat ini, katanya, tuntutan di bidang bisnis dan kebutuhan tenaga kerja sedang terjadi perubahan yang cepat. Lembaga pendidikan tinggi harus mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya, dia melihat di berbagai iklan lowongan pekerjaan, industri membutuhkan tenaga kerja dengan berbagai macam kualifikasi.
"PTN dan PTS harus mampu beradaptasi memenuhi tuntutan tersebut, kurikulum juga disesuaikan dengan kebutuhan, yang tidak bisa memenuhi akan tertinggal," katanya.
Heri Akhmadi, Wakil Ketua Komisi X DPR mengatakan, minat calon mahasiswa belajar di PTS itu berkurang karena perguruan tinggi negeri (PTN) membuka berbagai jalur penerimaan mahasiswa baru. "Perguruan tinggi swasta gulung tikar karena ada jalur perguruan tinggi negeri yang membuka besar jalur mahasiswa baru," kata Heri Akhmadi.
Dikatakan, di masa depan bila perguruan tinggi sudah menjadi badan hukum pendidikan (BHP), perguruan tinggi melakukan penguatan otonomi perguruan tinggi dan transparan, meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, perguruan tinggi juga membatasi jumlah mahasiswa sesuai dengan kapasiwnya, baik di PTN maupun PTS.
Hari Akhmadi menambahkan, PTS bukan hanya menarik mahasiswa dalam jumlah massal, PTS juga harus mampu membangun pusat-pusat unggulan di kampusnya. "Universitas yang memfokuskan pada nano teknologi belum banyak, misalnya ada di UGM. Bidang kajian ini belum banyak, ada kesempatan universitas swasta untuk mengembangkannya," tuturnya.
Direktur Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Muchlas mengatakan, diperkirakan prestasi PTS pelan-pelan akan menyaingi MN. Dia mencontohkan di pendidikan dasar, SD-SMP swasta sudah mampu berkompetisi dengan sekolah negeri.
Bahkan, kata Muchlas, prestasi siswa di SD-SMP swasta bisa bersaing di ajang internasional. Apalagi dengan pemberian beasiswa S-2 dan S-3 kepada para pengajar, diharapkan dosen mampu meningkatkan mutu lulusannya. (Warta Kota/tan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.