Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Cina di Pulau Penang

Kompas.com - 24/06/2008, 11:25 WIB

Menjelang senja di Georgetown, ibu kota Penang, Malaysia, eksotika matahari tenggelam tampak sangat indah di sela-sela deretan pohon kelapa. Saat berjalan mendekati garis pantai, air laut terlihat biru sampai di batas cakrawala.

Penang terletak di sisi barat Semenanjung Malaysia, terdiri dari bagian Pulau Penang dan daratan Penang. Untuk menghubungkannya tersedia fasilitas penyeberangan dengan kapal feri atau melalui Jembatan Penang, sepanjang 13,5 kilometer.

Pulau Penang terkenal dengan pantainya yang indah, yaitu di Tanjung Bungah, Batu Ferringhi, dan Teluk Bahang. Pantai ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Terlebih ketika diselenggarakan Penang International Dragon Boat Festival, yang berlangsung setiap bulan Juni dan menjadi momen untuk menyedot wisatawan.

Pulau Penang menjadi bagian sejarah kolonialisme Inggris. Pada tahun 1786 pasukan Inggris di bawah pimpinan Kapten Francis Light mulai menguasai pulau tersebut. Kemudian Kapten Francis membangun sebuah benteng pertahanan. Benteng itu dinamakan Fort Cornwallis dan menjadi ikon penting Negeri Bagian Penang.

Fort Cornwallis digunakan sebagai pertahanan menghadapi serangan tentara Perancis dan kawanan bajak laut. Nama ibu kota Penang yang diambil dari nama King of George III, mencerminkan warisan kekuasaan Kerajaan Inggris di Penang.

220 Jendela

Walaupun penduduk Pulau Penang berasal dari berbagai etnis di Asia, seperti Melayu, Cina, India dan Burma, mereka telah lama berbaur dengan selaras. Rumah ibadah berbagai agama hidup berdampingan dan pemeluk agama menjalankan ritualnya masing-masing.

Di Jalan Burmah terdapat dua kuil dari komunitas Budhis yang berbeda, yaitu Thailand dan Burma. Yang menarik, Wat Chaiya Mangkalaram letaknya berhadapan dengan Dhammikarama Burmese Buddhist Temple.

Di Wat Chaiya Mangkalaram, terdapat patung Budha yang berbaring miring sepanjang 33 meter dan dilapisi emas. Bangunan utama kuil Dhammikarama atapnya berhiaskan ukiran cantik khas Burma, berwarna keemasan. Di dalamnya terdapat sebuah patung Budha yang berdiri tegak, sementara di belakangnya berjajar rapi patung-patung Budha dengan ukuran lebih kecil.

Ketika menyusuri lorong kota, terlihat beberapa bangunan kuno yang dilestarikan sebagai peninggalan karya seni. Di antara megahnya bangunan-bangunan hotel di sepanjang Leith Street, tampak sebuah rumah besar bergaya Cina, dikenal sebagai The Cheong Fatt Tze Mansion.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com