Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Kerajinan Bambu di Cilacap Menanjak

Kompas.com - 11/05/2008, 21:26 WIB

 

CILACAP, MINGGU- Di saat banyak industri rumah tangga lainnya resah akibat kenaikan harga bahan bakar minyak, para perajin anyaman bambu di Desa Banjarwaru, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mampu bertahan dan berkembang. Penjualan mereka kini terus meningkat seiring melonjaknya permintaan produk rumah tangga berbahan anyaman bambu dalam beberapa waktu terakhir.

Saat ini terdapat sekitar 250 lebih perajin anyaman bambu di Desa Banjarmangu. Mereka membuat barang-barang rumah tangga seperti rinjing, pithi, tudung saji, tenggok, nampan, wadah sayur, basket, dan kukusan. Produk-produk kerajinan bambu asal Desa Banjarmangu kini sudah memasuki pasar ekpor seperti ke Malaysia, Singapura, Eropa, dan Jepang.

Asnarsih (36), salah seoarang perajin bambu mengatakan, di tahun 2008 ini, rata-rata permintaan per bulan di industrinya meningkat 30 persen dibanding rata-rata per bulan tahun 2007. Saat ini, per bulan rata-rata dia mampu menjual sebanyak 9.000 buah kerajinan bambu.

Kerajinan-kerajinan itu dijualnya ke perusahaan-perusahaan di Jakarta, Bandung, Bekasi, dan Yogyakarta. "Yang membeli PT. PT kemudian memolesnya dan memasarkannya ke luar negeri. Mereka membeli dari saya dengan harga berkisar antara Rp 5.000 per potong sampai Rp 70.000 per potong. Tapi, ke luar negeri mereka menjual jauh lebih mahal daripada itu," papar Asnarsih, yang membuka usaha kerajinan bambu sejak tahun 1999 bersama suaminya, Hadi Tuslam (41).

Dia menuturkan, kenaikan permintaan produk anyaman bambu itu terkait dengan meningkatnya mina t masyarakat, baik di dalam maupun di luar negeri untuk menggunakan produk berbahan baku bambu. Selain memiliki nilai seni, produk berbahan baku bambu relatif murah, ringan, dan bentuknya bisa bermacam-macam.

"Kami tiap waktu juga harus menyesuaikan dengan tren dan selera masyarakat. Mereka mau model kerajinan seperti apa, kami harus terus menciptakan inovasi baru dalam pembuatan dan pewarnaannya," papar Asnarsih.

Berkat ketekunannya dalam pengembangan usaha kerjinan bambu, Asnarsih bersama suaminya, Hadi Tuslam, pada tahun 2007 silam mendapat penghargaan upakarti dari Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Kenaikan penjualan juga dialami perajin-perajin bambu yang hanya mengandalkan pasar lokal. Hadi Prayitno (30), mengatakan, kenaikan permintaan produk kerajinan bambu beberapa waktu terakhir juga didorong sedang maraknya masa panen padi dan palawija di berbagai daerah. Barang-barang yang banyak dibeli adalah rinjing dan tompo.

"Membuat kerajinan bambu itu ada enaknya ada nggaknya. Enaknya modalnya sedikit, lebih banyak modal tenaga. Tapi hasil buatannya bisa dijual langsung," kata Asnarsih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com