Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompolnas Minta Polri Serius Tangani Penembakan Mobil Berisi Satu Keluarga

Kompas.com - 21/04/2017, 07:26 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Bekto Suprapto mendorong keseriusan Divisi Propam Polri mengusut tuntas penembakan mobil satu keluarga di Sumatera Selatan oleh polisi.

Saat ini, Brigadir K diperiksa secara internal Polri atas 10 tembakan yang dia arahkan ke mobil tersebut.

"Hasil pemeriksaan pengawas Internal Polri yaitu oleh Propam dan inspektorat dilaksanakan harus secara tuntas dan obyektif," ujar Bekto kepada Kompas.com, Kamis (20/4/2017) malam.

Penembakan dilakukan lantaran mobil tersehut tidak berhenti saat dilakukan razia. Justru terus melaju kencang sehingga sempat terjadi aksi kejar-kejaran. Polisi mengira di dalam mobil tersebut adalah pelaku kejahatan dan mengambil tindakan tegas.

(Baca: Penembakan Mobil, Brigadir K dan Korban Tewas Ada Hubungan Keluarga)

Bekto mengatakan, jika memang langkah yang diambil Brigadir K salah maka harus diproses secara kode etik profesi. Tak hanya itu, pidana juga harus menjeratnya.

"Kesalahan pidana harus diselesaikan dengan proses pidana dan tidak cukup hanya dengan proses disiplin atau proses kode etik profesi kepolisian," kata Bekto.

Masyarakat, kata Bekto, akan mengawasi proses pemeriksaan oleh pengawas Internal sambil menilai seberapa serius lembaga Polri akan memproses suatu peristiwa yang menarik perhatian masyarakat itu.

Kompolnas juga akan mengawasi dan mengawal pemeriksaan pengawas internal. Jika diperlukan, pihaknya akan memberi rekomendasi.

(Baca: Ini Kronologi Penembakan Mobil Isi Satu Keluarga oleh Polisi di Sumsel)

Bekto menilai, setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Pertama, tidak semua anggota memahami aturan penggunaan senjata api dan prosedurnya, meski aturannya tertera di Peraturan Kapolri nomor 8 tahun 2009.

"Perlu sosialisasi yang lebih lagi bagi semua anggota Polri yang memegang senjata," kata Bekto.

Kedua, kemungkinan tidak semua anggota Polri mendapat latihan yang cukup mengenai ketrampilan menggunakan senjata api.

(Baca: Lakukan Penembakan, Polisi Mengira Mobil Berisi Satu Keluarga Pelaku Kejahatan)

Alasannya bermacam-macam, bisa karena keterbatasan senjata api, keterbatasan amunisi, tidak tersedianya lapangan tembak di setiap Polres, tidak cukupnya anggaran untuk melakukan latihan menembak, dan menyepelekan pelatihan tanpa letusan peluru dalam penggunaan senjata.

Selain itu, kemungkinan tidak semua pelaksanaan kegiatan razia didahului dengan pengarahan yang cukup terkait dengan menghadapi situasi kritis. Bekto mengatakan, bisa saja kegiatan razia dianggap kegiatan rutin saja.

"Kemudian kemungkinan pelaksanaan razia dapat dilakukan tanpa berpedoman pada standar operasi baku yang berlaku di lingkungan Polri," kata Bekto.

Akibat kejadian ini, satu penumpang meninggal dunia akibat beberapa tembakan di tubuhnya. Sementara enam orang lainnya, bahkan ada anak kecil yang terkena luka tembak di sejumlah bagian tubuh.

Kompas TV Namun, karena kacanya tak mau dibuka, seorang anggota polisi Brigadir K melepaskan tembakan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com