Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tito Punya Kemampuan, tetapi Belum Tentu Punya Nyali

Kompas.com - 23/06/2016, 06:23 WIB
Krisiandi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hermawan Sulistyo berpendapat, calon tunggal Kapolri Komisaris Jenderal Tito Karnavian adalah sosok luar biasa secara akademis. Namun, menurut Hermawan, membenahi Polri bukan cuma mengandalkan kemampuan teknis.

Hermawan melanjutkan, Tito adalah sosok polisi tidak biasa. Mantan Kapolda Metro Jaya itu mengenyam pendidikan di luar negeri dan memiliki kemampuan memahami serta bicara dalam delapan bahasa.

"(kemampuan) Itu enggak umum (di kepolisian)," kata Hermawan dalam acara Satu Meja di Kompas TV, Rabu (22/6/2016).

"Sekarang dia (Tito) tahu persoalan di dalam (internal kepolisian). Pertanyaannya, apa dia punya nyali? (membenahi kepolisian)" lanjut Hermawan.

(Baca: Ruhut: Tito Karnavian Orangnya Kalem, tetapi Kalau Diganggu Pasti Melawan)

Hermawan menuturkan, Tito yang dikenal ahli dalam penindakan terorisme bisa menghadapi banyak teroris, tetapi belum tentu mampu melawan koleganya di kepolisian.

Menurutnya, pria yang kini menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme itu membutuhkan dukungan secara politik dari parlemen dan lembaga lain seperti Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) untuk membenahi banyak hal di Polri.

"Pengetahuan sudahlah, sudah cukup, cuma butuh nyali dan dukungan," tukas dia.

Anggota Komisi III DPR Erma Suryani Ranik mengatakan, jika membutuhkan dukungan dari DPR, Tito harus punya visi dan misi yang terukur. Secara prinsip, kata politisi Partai Demokrat itu, DPR bakal mendukung pimpinan Polri yang bergerak di koridor yang sudah ditentukan.

"Dia harus punya plan, apa plan A atau plan B-nya. Nah, ini kita bisa lihat besok (hari ini, di uji kelayakan dan kepatutan)," papar Erma.

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar menilai Tito diuntungkan situasi di mana publik trauma dengan beberapa nama di kepolisian. Dia menyebut Komjen Budi Gunawan dan Komjen Budi Waseso merupakan dua sosok yang sempat membuat publik tak punya harapan kepada polisi.

Dua nama itu dinilai banyak mengkriminalisasi aktivis antikorupsi yang berdampak pada kegaduhan. "Dan kini Presiden membuat satu keputusan populis dengan memilih Tito," kata Haris.

(Baca: Ketua DPR Yakin Semua Fraksi di Komisi III Dukung Tito Karnavian Jadi Kapolri)

Haris mengakui Tito adalah sosok polisi berprestasi. Tetapi, kata dia, di tengah prestasi itu ada catatan kritis yang publik perlu tahu.

Misalnya, lanjut Haris, saat Tito memimpin Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, hak-hak para tersangka teroris kerap diabaikan. Begitu pula saat menjabat Kapolda Papua, banyak penangkapan di provinsi itu yang tak jelas ujung pangkalnya.

"Jadi DPR pada saat uji kelayakan dan kepatutan jangan cuma melihat ke depan, tapi juga harus mempertanyakan yang di belakang," ucapnya.

Kompas TV Penilaian Komisi III Terhadap Tito Calon Kapolri

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com