Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Kebakaran Hutan, Indonesia Andalkan Pesawat "Water Bombing" Asing

Kompas.com - 10/09/2015, 15:25 WIB
Dylan Aprialdo Rachman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Tanggap Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Junjung Tambunan, mengatakan bahwa untuk menghadapi bencana kebakaran hutan di sejumlah wilayah Indonesia saat ini, Indonesia masih mengandalkan pesawat water bombing dan modifikasi cuaca milik asing.

Menurut dia, upaya menghadirkan pesawat-pesawat water bombing milik asing tersebut membutuhkan waktu yang lama dalam hal perizinan. Sehingga, ini menjadi salah satu faktor penghambat penanggulangan bencana kebakaran hutan di Indonesia

“99 persen water bombing itu ada di luar indonesia, itu asing punya. Sehingga untuk menghadirkan pesawat asing lengkap dengan krunya itu memang harus dihadapi. Karena itu pesawat dan krunya orang asing. Sehingga untuk koordinasinya mulai dari perhubungan, ke lanud (landasan udara) sampai ke Imigrasi itu butuh waktu sampai mereka hadir dalam konteks darurat,” ujar Junjung dalam konferensi pers di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (10/9/2015).

Selain soal perizinan yang membutuhkan waktu yang lama, Junjung juga menilai lambannya langkah BNPB dalam menghadirkan pesawat water bombing karena ketidakmampuan kepala daerah dalam memberikan respon cepat ketika terjadi bencana kebakaran hutan di wilayahnya.

Persoalan tersebut, kata Junjung, juga membuat BNPB tidak bisa menentukan secara pasti bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, baik kebutuhan personel maupun peralatan teknis. Selain itu, BNPB juga sulit memahami kebutuhan bagi masyarakat setempat dalam menghadapi bencana kebakaran hutan.

“BMKG (Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika) pada bulan Februari sudah memberikan perkiraan, supaya kepala daerah bisa antisipasi. Artinya, mereka mengalami keterlambatan dalam mengantisipasi itu. Kadang kepala daerah berpikir ketika kejadian, mereka baru turun sesungguhnya sebelum terjadi itu mereka sudah harus melakukan persiapan, misalkan penerapan status siaga,” ujarnya.

Lebih lanjut, Junjung menyebutkan bahwa pesawat-pesawat water bombing milik asing juga menjadi rebutan negara lain yang juga terkena dampak dari El-Nino yang memperparah kebakaran hutan. Karena itu kepala daerah perlu memberikan respon cepat kepada BNPB untuk melakukan penindakan.

“Pesawat-pesawat asing ini juga dikontrak oleh negara lain yang terkena dampak El-Nino. Ketika kita ingin menghadirkan pesawat itu, ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu penetapan masa darurat tadi yang dikeluarkan oleh kepala daerah,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com