Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Masyarakat Sipil Sayangkan Isu Tolikara Bergeser ke Isu Agama

Kompas.com - 12/08/2015, 14:56 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koalisi Masyarakat Sipil untuk Tolikara menyayangkan adanya pergeseran isu yang diembuskan ketika peristiwa Tolikara terjadi. Menurut Ketua Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika, Nia Sjarifudin, isu konflik dan kekerasan yang semula terjadi telah digeser menjadi isu agama.

"Kami sangat menyayangkan konflik di Tolikara ini digeser dengan isu agama," kata Nia saat diskusi bertajuk "Penyelesaian Menyeluruh dan Bermartabat Insiden Tolikara, Papua" yang berlangsung di Jakarta, Rabu (12/8/2015).

Ia mengatakan, media sosial memiliki peran yang cukup besar dalam pergeseran isu tersebut. Kendati demikian, koalisi juga tidak dapat menyalahkan media sosial begitu saja. Sebab, arus perputaran isu pasca-peristiwa itu terjadi memang cukup cepat.

Lebih jauh, Nia mengingatkan agar negara dapat melihat peristiwa Tolikara secara utuh sehingga dalam penyelesaian kasus yang ada tidak merugikan salah satu pihak. "Negara harus dapat melihat peristiwa ini secara jernih," ujarnya.

Aparat didesak minta maaf

Sementara itu, peneliti Abdurrahman Wahid Center, Budi Hernawan, mengatakan, penyelesaian persoalan yang terjadi di Tolikara tidak cukup dengan memulihkan bangunan serta masjid yang dimiliki umat Islam di sana. Lebih dari itu, aparat keamanan juga perlu meminta maaf atas tindakan yang mereka lakukan terhadap kelompok Gereja Injili di Indonesia (GIDI).

"Diharapkan aparat keamanan berani mengaku bersalah dan mengganti rugi. Jika ini berjalan, akan ada upacara adat secara simbolis," kata Budi dalam acara yang sama.

Budi bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil untuk Tolikara sebelumnya melakukan investigasi terhadap peristiwa Tolikara tersebut. Pasca-proses perundingan antara umat Islam dan kelompok GIDI, situasi di Tolikara saat ini relatif kondusif.

"Kedua kelompok memang tidak bersepakat ambil kesepakatan damai karena menurut mereka tidak terjadi konflik. Tapi, (penyelesaian) dengan menggunakan kesepakatan adat," ujarnya.

Kesepakatan adat yang hendak diambil ini memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tahapan itu dimulai dari pengakuan bersalah serta permohonan maaf oleh kelompok GIDI, pemberian kompensasi kepada keluarga korban, dan yang terakhir upacara bakar batu sebagai wujud simbolis penyelesaian persoalan secara adat.

"Proses ini juga harus melibatkan pihak penembak yang harus berani menyatakan salah kepada keluarga korban penembakan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com