Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla: Para Penerima Beasiswa Berutang kepada Negara

Kompas.com - 04/08/2015, 16:11 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan kepada para penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) bahwa mereka berutang kepada negara. Utang tersebut sedianya dibayarkan dengan prestasi, daya saing tinggi, peningkatan kemampuan, serta produktivitas para penerima beasiswa kelak.

"Jadi kalau Anda tidak belajar keras, kasihan yang memberikan beasiswa Anda. Maka Anda harus belajar keras, Anda berutang kepada negara. Anda bayarnya bukan dengan uang, tetapi prestasi, daya saing, kemampuan, dan produktivitas," kata Kalla saat memberi pembekalan kepada para penerima BPI di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (4/8/2015).

Beasiswa Pendidikan Indonesia merupakan beasiswa yang dibiayai pemerintah melalui pemanfaatan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Menurut Kalla, rata-rata dana yang dikeluarkan negara untuk membiayai program magister mencapai Rp 1 miliar setiap dua tahunnya. Artinya, setiap bulan negara memberikan lebih kurang Rp 40 juta kepada para penerima beasiswa.

"Setiap bulan dibiayai negara kurang lebih Rp 40 juta. Apabila dihitung sederhana saja, jika saya membayar sendiri, saya enggak bisa makan lagi, karena gaji Wapres hanya Rp 40 juta per bulan. Anda diberikan sama dengan gaji Wapres, maka harus bekerja keras," ujar Kalla.

Ia juga menyampaikan bahwa esensi dari program beasiswa ini adalah meningkatkan kemampuan anak bangsa agar bisa bermanfaat untuk bangsa serta untuk pribadinya sendiri. Para penerima beasiswa tidak terikat ikatan dinas dengan lembaga mana pun setelah lulus dari pendidikannya.

"Ini gelombang beasiswa terbesar ke luar negeri yang dibiayai negara tanpa ikatan apa pun. Karena yang kita tuju bukan daya saing PNS, jabatan tertentu, tetapi daya saing nasional ada di industri, riset, guru, dan mana-mana. Karena itu, Anda tidak diikat harus ikatan dinas pegawai negeri," tutur Kalla.

Di samping bekerja keras, Kalla mengingatkan kepada para penerima beasiswa untuk membangun jaringan atau sinergi dengan ilmuwan atau warga negara mana pun. Kalla meminta mereka untuk tidak hanya bergaul dengan sesama bangsa Melayu.

"Kalau bisa dengan kelompok mahasiwa lain atau bekerja sampingan dengan industri yang ada. Bagaimana India maju karena sejak awal membina sinergi," kata dia.

Bahkan, Kalla mempersilakan jika para mahasiswa nantinya bekerja di perusahaan asing atau di negara lain setelah lulus menempuh pendidikan. Meskipun demikian, Kalla tetap berharap mereka nantinya bisa kembali ke Indonesia dengan kemampuan yang lebih setelah bekerja di negara lain.

Menurut Wapres, anak Indonesia perlu dikirim ke luar negeri demi memperoleh pendidikan di universitas yang lebih baik. Rata-rata universitas di luar negeri lebih baik kualitasnya karena memiliki fasilitas riset yang lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com