Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Percakapan "Netizen", 17 Menteri Layak Diganti

Kompas.com - 14/07/2015, 17:20 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Para pengguna internet menilai bahwa separuh menteri Kabinet Kerja layak diganti oleh Presiden Joko Widodo. Hal itu merupakan hasil analisis Politicawave terhadap percakapan netizen di dunia maya sejak 1 Mei hingga 8 Juli 2015.

Pendiri Politicawave, Yose Rizal, menjelaskan, hasil pemantauan pada periode tersebut mendapatkan 92.979 percakapan netizen mengenai reshuffle. Percakapan itu diperoleh dari 15.512 akun dengan potensi jangkauan percakapan mencapai 73.358.433 akun.

"Hasil analisis menemukan setidaknya ada 17 menteri yang percakapannya terkait reshuffle," kata Rizal di Jakarta Pusat, Selasa (14/7/2015).

Dari jumlah 17 menteri itu, urutan teratas yang dianggap perlu diganti adalah Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Warga internet menilai koordinasi antarmenteri di bidang ekonomi tidak berjalan optimal.

"Hal tersebut menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia tercatat menurun, ditandai dengan pelemahan rupiah dan pertumbuhan ekonomi terendah sejak 2009," ujarnya.

Berdasarkan analisis Politicawave, nama lain yang sering diperbincangkan netizen dan dihubungkan dengan reshuffle adalah Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M Soemarno. Selain itu, ada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri Koordinator Maritim Indroyono Soesilo, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

Selain soal perekonomian, netizen juga menyoroti buruknya komunikasi antarmenteri dan masyarakat. Muncul juga penilaian jika para menteri tidak kompak, memiliki agenda pribadi atau kelompok, dan adanya campur tangan partai politik dalam pemerintahan Presiden Jokowi.

Analisis Politicawave ini menggunakan metodologi earned media share of voice by sentiment (EMSS). Semua percakapan netizen soal menteri di media sosial dan media online dikumpulkan dengan menggunakan keyword yang berafiliasi dengan menteri dan menyaring percakapan yang tidak berafiliasi dengan menteri. Percakapan yang dihimpun berasal dari Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dan media massa online.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com