Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Romo Magnis: Pemerintah Tidak Hanya Lemah, tetapi Juga Tidak Kompeten

Kompas.com - 13/05/2015, 16:53 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah enam bulan berjalan, pemerintahan Presiden Joko Widodo- Wakil Presiden Jusuf Kalla dinilai menunjukkan performa yang lemah. Pakar etika politik dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Franz Magnis Suseno mengatakan, pemerintah tidak hanya lemah, namun juga tidak kompeten.

Pemerintah dinilai Romo Magnis tidak memiliki kesadaran bahwa kasus korupsi sudah menjadi persoalan mendasar dalam negeri.

"Kesan saya bahwa pemerintah tidak hanya lemah tetapi juga tidak kompeten, tidak menunjukkan suatu kesadaran, blusukan saja seakan-akan semuanya normal. Tidak ada suatu perasaan kaget bahwa korupsi itu jalan terus, kelemahan pemerintah serius untuk negara ini," kata Romo Magnis di Jakarta, Rabu (13/5/2015).

Menurut Romo Magnis, suatu negara yang sudah mantap sistem pemerintahannya tidak akan terlalu sakit jika pemimpinnya lemah. Oleh karena itu, Indonesia saat ini membutuhkan kepemimpinan yang mantap karena sistemnya belum kuat berjalan.

Kendati menilai pemerintahan yang dijalankan kabinet bentukan Jokowi-Kalla ini lemah, Romo Magnis menentang wacana pemakzulan. Ia mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo harus dipertahankan.

"Bisa saja demokrasi terancam, kita harus tetap mempertahankan presiden, ini penting. Demokrasi tidak bisa dengan kudeta, ya jadi harus dipertahankan," kata Magnis.

Kendati demikian, lanjut dia, masyarakat harus menyadari adanya pengaruh dunia luar yang berupaya memanfaatkan kondisi negara yang tengah lemah ini. Magnis lantas menyebut nilai ekstremisme yang pencegahannya harus ditingkatkan.

"Ekstremisme, misalnya ekstremisme agama, akan memanfaatkan sehingga dari masyarakat menjadi kesan bahwa sistem politik kita busuk hingga akhirnya orang mencari alternatif yang sangat berbeda. Ini suatu keprihatinan," ujar dia.

Magnis juga menyebutkan bahwa korupsi menjadi ancaman terbesar dalam negeri yang harus diwaspadai. Ia menilai KPK kini sudah lemah setelah dilemahkan sejumlah pihak. Dikhawatirkan, pelemahan KPK akan menjadikan korupsi semakin merajalela.

"Saya merasa sangat terpukul dengan kenyataan bahwa sesuatu yang sudah 12 tahun dicoba, dan baru sekarang tercapai, KPK ditarik giginya. Korupsi jalan terus, mungkin untuk sementara Pemerintah enak karena ada koalisi tidak resmi, yakni KMP dan KIH supaya selama 4,5 tahun mereka bebas dari KPK," tutur Magnis.

Kendati demikian, ia meramalkan adanya goncangan politik jika kondisi ini dibiarkan terus menerus.

Tokoh agama yang juga anggota Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia, Romo Benny Susetyo menyampaikan pendapat senada. Menurut dia, pemakzulan merupakan suatu harga yang mahal.

Alih-alih menurunkan Jokowi dari posisinya sebagai presiden, Benny berpendapat lebih baik jika masyarakat mengingatkan presiden untuk melakukan reformasi di bidang kepolisian. Dengan demikian, diharapkan pemberantasan korupsi bisa kembali kuat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra: Prabowo Tak Berhalangan untuk Menemui Lawan Politik

Gerindra: Prabowo Tak Berhalangan untuk Menemui Lawan Politik

Nasional
Komisi I DPR Panggil Menkominfo dan BSSN Besok, Tuntut Penjelasan soal PDN Diserang

Komisi I DPR Panggil Menkominfo dan BSSN Besok, Tuntut Penjelasan soal PDN Diserang

Nasional
Satgas Pemberantasan Judi Online Tak Langsung Sasar Bandar, Prioritaskan Pencegahan

Satgas Pemberantasan Judi Online Tak Langsung Sasar Bandar, Prioritaskan Pencegahan

Nasional
Pendaftaran Capim dan Dewas KPK 2024-2929 Mulai Dibuka

Pendaftaran Capim dan Dewas KPK 2024-2929 Mulai Dibuka

Nasional
PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi 'Online'

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi "Online"

Nasional
4 Bandar Besar Judi 'Online' di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

4 Bandar Besar Judi "Online" di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

Nasional
Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Nasional
Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Nasional
Ketua RT di Kasus 'Vina Cirebon' Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Ketua RT di Kasus "Vina Cirebon" Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Nasional
Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Nasional
PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

Nasional
Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Nasional
Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com