Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika DNA Tak Lagi Jadi Kunci Identifikasi Jenazah Korban AirAsia...

Kompas.com - 09/01/2015, 08:20 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com
- Selama ini, DNA seringkali menjadi jalan terakhir untuk mengidentifikasi jenazah. Demikian pula dengan identifikasi korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.

Jika post-mortem sidik jari, gigi gelig,i atau properti korban tidak cocok dengan data ante-mortem dari keluarga, hanya DNA yang dapat memastikan identitas jenazah. Akan tetapi, pandangan ini ternyata tak sepenuhnya benar. 

Kepala Laboratorium DNA Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Mabes Polri Kombes Putut Cahyowidodo mengatakan, jenazah yang berhari-hari di laut rentan tidak dapat teridentifikasi DNA-nya.

"Laut itu sangat ganas. Kadar garamnya sangat tinggi. Sangat mungkin kondisi demikian itu merusak DNA satu jenazah," ujar Putut kepada Kompas.com, di Kompleks Mapolda Jawa Timur, Kamis (8/1/2014) kemarin.

DNA manusia, jelas Putut, berada di dalam inti sel. Inti sel itu dilapisi oleh lapisan dengan nama membran sel. Kadar garam laut sangat memungkinkan membuat membran sel pecah sehingga DNA keluar dari inti selnya. Jika demikian, DNA seseorang menyebar di sekelilingnya.

"Kita menangkap ikan, lalu kita cek DNA-nya, sangat mungkin ada DNA manusianya. Karena begitu membran sel pecah, DNA sudah campur baur enggak karuan di luar," ujar dia.

Soal berapa lama waktu membran sel pecah, Putut mengatakan, seorang ahli pun tak dapat memprediksinya. Oleh karena itu, kata dia, sangat mungkin DNA seseorang menempel di tubuh jenazah lain yang berdekatan. Jika demikian, proses identifikasi pun menjadi rentan salah. Sebab, jenazah mungkin saja tertukar.

Tulang paha

Putut mengatakan, kondisi inilah yang dihadapinya saat mengidentifikasi jenazah korban AirAsia. Untuk meminimalisir tingkat kesalahan, pihaknya memutuskan untuk mengambil sampel DNA di tulang paha jasad korban. Menurut Putut, di wilayah itulah DNA suatu jasad rata-rata masih dalam kondisi baik.

"Tapi itu hanya pada saat ini loh ya. Kita tidak mengetahui bagaimana jenazah yang datang di kemudian hari. Apakah sampel DNA-nya di tulang paha itu masih juga bagus atau tidak," ujar dia.

Putut mencontohkan, beberapa jenazah yang telah teridentifikasi melalui pencocokan DNA sebelumnya. Jenazah dengan sampel DNA tergolong baik membutuhkan waktu tiga hari mulai dari pencocokan DNA hingga keluarnya hasil identifikasi. Dia tidak dapat memprediksi berapa lama DNA suatu jenazah dinyatakan identik jika sampel DNA-nya tidak dalam kondisi baik.

Hingga Jumat pagi, 41 jenazah telah dibawa ke RS Bhayangkara. Sebanyak 25 jenazah telah teridentifikasi dan diserahkan ke pihak keluarga. Sementara, 14 jenazah akan menjalani rekonsiliasi pada Jumat ini. Ada pun 2 jenazah lainnya baru tiba di RS Bhayangkara, Kamis malam. Dua jenazah itu baru akan diambil data post-mortemnya hari ini.

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com