Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Sulit Didamaikan, Kemungkinan Tokoh Senior Golkar Bentuk Parpol Baru

Kompas.com - 01/12/2014, 15:36 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor, mengatakan, adanya konflik di tubuh Partai Golkar menunjukkan partai tertua di Indonesia tersebut tidaklah sebaik yang diperkirakan sebelumnya.

"Konflik Golkar menunjukkan partai tersebut tidak sebaik yang diperkirakan. Semua orang bisa menafsirkan sendiri aturan main partai sehingga tidak ada kesepahaman," kata Firman saat dihubungi di Jakarta, Senin (1/12/2014), seperti dikutip Antara.

Firman mengatakan, ibarat kapal, Partai Golkar saat ini memiliki banyak kapten yang berkaliber dan tidak bisa disatukan. Pihak-pihak yang berkonflik memiliki sumber daya besar sehingga tidak mudah didamaikan. (Baca: Tak Mau Islah dengan Aburizal, Agung Laksono Tolak Bertemu Akbar Tandjung)

"Ada kemungkinan akan terjadi pola lama, yaitu berujung pada sempalan-sempalan yang mendirikan partai baru, kecuali ada upaya dari senior-senior Golkar yang bisa meyakinkan pihak-pihak yang berkonflik supaya tetap satu kapal," tuturnya.

Namun, upaya mendamaikan tampaknya tidak mudah dilakukan. Firman mengatakan, mengikuti perkembangan terakhir, muncul gejala akan ada pengurus tandingan.

"Itu karena perbedaan usia dan jam terbang tokoh-tokoh yang berkonflik tidak jauh. Mungkin kalau yang berkonflik antara yunior dengan figur yang sangat senior, akan lebih mudah ditengahi," katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie mengatakan, terbentuknya Presidium Penyelamat Partai merupakan kudeta inkonstitusional terhadap partai.

"Saya imbau kepada kader-kader yang membentuk Presidium Penyelamat Partai, kepada mereka, saya ajak untuk kembali ke jalan yang benar, bernaung di bawah 'pohon beringin'," kata Aburizal Bakrie pada pembukaan Munas IX Partai Golkar di Denpasar Bali, Minggu (30/11/2014) malam.

Menurut Aburizal, cara-cara yang dilakukan Presidium adalah kudeta inkonstitusional karena melabrak konstitusi partai. Dia mengatakan, kebijakan partai tak bisa diputuskan oleh seseorang dengan cara-cara premanisme, intimidasi, dan cara kekerasan.

Aburizal mengatakan, meskipun ada wacana islah, munas di Bali tetap berjalan sesuai rencana. Sebab, islah tidak akan membatalkan keputusan rapat pimpinan nasional (rapimnas). Munas di Bali merupakan hasil keputusan rapimnas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Nasional
Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Nasional
Banjir Rendam 3 Desa Dekat IKN di Penajam Paser Utara

Banjir Rendam 3 Desa Dekat IKN di Penajam Paser Utara

Nasional
DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi 'Online' ke MKD

DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi "Online" ke MKD

Nasional
Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Nasional
PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Nasional
Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Nasional
BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

Nasional
Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Nasional
Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi 'Online'

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi "Online"

Nasional
Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Nasional
Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Nasional
PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com